Penghasilan Harian Juru Parkir Liar di Cilincing: Antara Risiko dan Rupiah

Di tengah hiruk pikuk lalu lintas Jakarta Utara, tepatnya di Jalan Raya Cilincing, terdapat sebuah pemandangan yang mungkin luput dari perhatian banyak orang: para juru parkir liar yang mempertaruhkan nyawa demi sesuap nasi. Mereka dikenal sebagai 'joki jalanan', sosok-sosok yang mengatur lalu lintas dan membantu pejalan kaki serta pengendara menyeberang jalan, terutama dari Jalan Kramat Raya Koja menuju Jalan Raya Cilincing.

Guntur (23), salah satu joki jalanan, menuturkan bahwa penghasilannya per hari berkisar Rp 80.000. Nominal tersebut diperoleh dari pemberian sukarela para pengendara motor dan mobil yang dibantunya menyeberang. Jalan Raya Cilincing memang dikenal ramai dengan lalu lalang kendaraan besar, seperti truk trailer dan kontainer, yang seringkali melaju dengan kecepatan tinggi.

Keberadaan truk-truk besar ini menjadi tantangan tersendiri bagi para penyeberang jalan. Tak jarang terjadi kecelakaan akibat kelalaian pengemudi truk atau karena pengendara motor berada di titik buta (blind spot) pengemudi. Di sinilah peran joki jalanan menjadi krusial. Mereka berusaha memberhentikan truk-truk yang melaju kencang agar para penyeberang jalan dapat melintas dengan aman.

"Kalau ada rezekinya sih dari pengendara motor suka ngasih Rp 2.000, Rp 3.000 yang udah kita selamatkan atau kita sebrangin," ujar Guntur, menjelaskan sistem pemberian upah yang berlaku. Meski demikian, tidak semua pengendara memberikan uang setelah dibantu menyeberang. Guntur dan rekan-rekannya mengaku tidak pernah memaksa atau marah jika tidak diberi imbalan.

Penghasilan Guntur sebagai joki jalanan memang tidak menentu. Ia mengaku pernah mendapatkan Rp 150.000 dalam sehari, namun itu jarang terjadi. Meski berpenghasilan minim dan penuh risiko, Guntur dan rekan-rekannya tetap menekuni pekerjaan ini demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Fenomena joki jalanan di Cilincing ini menggambarkan realitas kehidupan sebagian masyarakat urban yang berjuang mencari nafkah di tengah kerasnya persaingan. Mereka adalah potret buram sistem transportasi yang belum sepenuhnya aman dan nyaman bagi seluruh pengguna jalan. Kisah mereka adalah pengingat bagi kita semua untuk lebih peduli dan menghargai setiap pekerjaan, sekecil apapun itu.

Profesi sebagai joki jalanan ini memang rentan terhadap bahaya. Mereka harus berhadapan langsung dengan kendaraan-kendaraan besar yang melaju dengan kecepatan tinggi. Risiko tertabrak atau terlindas selalu mengintai. Selain itu, mereka juga terpapar polusi udara dan suara yang dapat membahayakan kesehatan.

Namun, di balik semua risiko tersebut, ada semangat untuk bertahan hidup dan mencari rezeki yang halal. Para joki jalanan ini adalah contoh nyata dari kegigihan dan ketabahan manusia dalam menghadapi kesulitan ekonomi.

Keberadaan mereka juga menjadi alarm bagi pemerintah dan pihak terkait untuk meningkatkan keamanan dan kenyamanan transportasi publik. Perlu ada solusi jangka panjang untuk mengatasi masalah kemacetan dan meningkatkan kesadaran pengemudi akan pentingnya keselamatan berlalu lintas.

Selain itu, perlu juga adanya program pemberdayaan ekonomi bagi masyarakat kurang mampu agar mereka memiliki alternatif pekerjaan yang lebih aman dan layak. Dengan demikian, diharapkan tidak ada lagi orang yang terpaksa mempertaruhkan nyawa demi mencari sesuap nasi.