Gunung Tangkuban Parahu: Potensi Erupsi Freatik Tetap Tinggi Meski Aktivitas Kegempaan Menurun
Meskipun jumlah gempa vulkanik di Gunung Tangkuban Parahu menunjukkan penurunan signifikan dalam beberapa hari terakhir, Badan Geologi Republik Indonesia tetap memberikan peringatan terkait potensi erupsi freatik yang dapat terjadi secara tiba-tiba.
Kepala Badan Geologi, M. Wafid, dalam keterangan resminya menyampaikan bahwa data deformasi permukaan yang diperoleh melalui alat EDM dan GNSS mengindikasikan adanya inflasi atau akumulasi tekanan di kedalaman dangkal di bawah gunung api. Kondisi ini menjadi perhatian utama karena erupsi freatik dapat terjadi tanpa didahului oleh indikasi vulkanik yang jelas.
Data pemantauan terbaru menunjukkan penurunan jumlah gempa Low-Frequency (LF) menjadi 134 kejadian, dibandingkan dengan 270 kejadian yang tercatat sebelumnya. Penurunan ini mencerminkan perubahan dalam dinamika aktivitas vulkanik gunung tersebut. Namun, Badan Geologi tetap menekankan pentingnya kewaspadaan.
Aktivitas Gunung Tangkuban Parahu:
- Pemantauan Gempa: Penurunan jumlah gempa LF dari 270 menjadi 134 kejadian.
- Deformasi Permukaan: Data EDM dan GNSS menunjukkan adanya inflasi atau akumulasi tekanan.
- Pengukuran Gas: Konsentrasi gas masih dalam batas normal dan bersifat fluktuatif.
Badan Geologi mengimbau masyarakat yang tinggal di sekitar gunung dan para pengunjung untuk tidak mendekati area dasar kawah dan tidak berlama-lama di kawasan aktif. Masyarakat juga diminta untuk segera menjauhi area tersebut jika teramati peningkatan intensitas hembusan atau tercium bau gas menyengat.
Rekomendasi Keamanan:
- Tidak mendekati area dasar kawah.
- Tidak berlama-lama di kawasan aktif.
- Menjauhi area jika teramati peningkatan hembusan atau tercium bau gas menyengat.
Gunung Tangkuban Parahu, yang terletak di Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Subang, Jawa Barat, memiliki sembilan kawah, dengan Kawah Ratu dan Kawah Upas sebagai dua kawah utama di area puncak. Erupsi gunung ini umumnya berupa letusan freatik dari Kawah Ratu, yang terkenal dengan pemandangan indahnya.
Sebelumnya, sejak tanggal 1 Juni, Gunung Tangkuban Parahu menunjukkan peningkatan bertahap dalam jumlah gempa LF, yang terkait erat dengan pergerakan fluida di kedalaman dangkal. Pada tanggal 1 Juni tercatat 100 kejadian, meningkat menjadi 134 kejadian pada tanggal 2 Juni, dan melonjak menjadi 270 kejadian pada tanggal 3 Juni 2025. Peningkatan aktivitas kegempaan ini juga disertai dengan pengamatan visual berupa hembusan asap putih dari Kawah Ratu yang semakin intensif, mencapai ketinggian antara 5 hingga 150 meter dari dasar kawah. Aktivitas fumarola di Kawah Ratu juga lebih dominan dibandingkan dengan Kawah Ecoma, dengan tekanan hembusan lemah hingga sedang.
Meski aktivitas vulkanik cenderung menurun, potensi bahaya erupsi freatik tetap ada. Badan Geologi terus melakukan pemantauan intensif dan mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan mengikuti arahan dari pihak berwenang.