Studi Ungkap Keberadaan Mikroplastik di Udara Sidoarjo, Ancaman Serius Bagi Kesehatan
Mikroplastik Terdeteksi di Udara Sidoarjo, Jawa Timur: Risiko Kesehatan Mengintai
Sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) mengungkap fakta mengkhawatirkan mengenai kualitas udara di wilayah Sidoarjo, Jawa Timur. Penelitian yang dilaksanakan pada bulan Mei 2025 lalu menemukan adanya kontaminasi mikroplastik di udara yang diambil dari enam lokasi berbeda di kabupaten tersebut. Temuan ini menimbulkan kekhawatiran serius terkait dampak kesehatan yang mungkin ditimbulkan bagi masyarakat setempat.
Penelitian dilakukan di Desa Tropodo, Kecamatan Wonoayu, Kecamatan Waru, Kecamatan Sepanjang, Kecamatan Sukodono, dan Alun-alun Sidoarjo. Sampel udara yang dikumpulkan dari lokasi-lokasi ini dianalisis dan terbukti mengandung partikel-partikel mikroplastik dengan berbagai jenis, termasuk fiber, fragmen, dan filamen. Koordinator Pendidikan dan Kampanye Ecoton, Alaika Rahmatullah, mengungkapkan bahwa total 172 partikel mikroplastik teridentifikasi dalam sampel udara yang diambil dari keenam lokasi tersebut. Area pabrik tahu di Desa Tropodo menjadi salah satu titik dengan konsentrasi mikroplastik yang signifikan.
Kecamatan Wonoayu, yang berjarak sekitar 3 kilometer dari Desa Tropodo, mencatatkan kadar mikroplastik tertinggi dengan 65 partikel per 3 jam. Temuan ini mengindikasikan bahwa sebaran mikroplastik di udara dapat mencapai area yang cukup luas.
Sebelumnya, Ecoton juga melakukan penelitian serupa di Gresik, Jawa Timur, dengan memasang cawan petri di sembilan lokasi di tiga kecamatan. Hasilnya menunjukkan keberadaan mikroplastik dengan kadar 141 partikel per 2 jam di Pasar Benjeng, Gresik.
Alaika menjelaskan bahwa salah satu penyebab utama pencemaran mikroplastik di udara adalah kebiasaan membakar sampah plastik yang masih banyak dilakukan oleh masyarakat Jawa Timur. Proses pembakaran ini menghasilkan gas dan partikel-partikel mikroplastik yang kemudian tersebar ke udara. Selain pembakaran sampah, faktor lain seperti gesekan ban kendaraan bermotor dengan jalan, sistem pembuangan sampah open dumping dan open burning, industri daur ulang plastik, penggunaan produk rumah tangga dan perawatan diri, sampah plastik yang tidak terkelola, hingga pakaian berbahan polyester juga berkontribusi terhadap pencemaran mikroplastik di udara.
Ecoton menyoroti lambannya tindakan pemerintah dalam mengendalikan polusi mikroplastik di udara. Mereka mengkhawatirkan bahwa kondisi ini dapat menjadi sumber utama masuknya mikroplastik ke dalam tubuh manusia. Paparan mikroplastik secara terus-menerus dapat memicu gangguan neuroinflamasi maupun autoimun.
Sebuah riset berjudul Bioaccumulation of microplastics in decedent human brains yang dilakukan di Meksiko pada tahun 2025 menunjukkan bahwa jaringan otak manusia mengandung proporsi polietilena yang lebih tinggi dibandingkan komposisi plastik di hati atau ginjal. Mikroplastik yang terakumulasi di otak dapat mengendap di dinding serebrovaskular dan sel imun.
Menurut Alaika, keberadaan polietilena dalam otak merupakan peringatan serius bagi masyarakat Indonesia, mengingat konsumsi mikroplastik penduduk Indonesia mencapai 15 gram per bulan. Dia menambahkan bahwa temuan ini menempatkan penduduk Indonesia sebagai salah satu konsumen mikroplastik terbesar di dunia.
Menjelang Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Ecoton mendesak pemerintah untuk segera mengambil langkah-langkah konkret untuk mengakhiri polusi plastik, termasuk:
- Menegakkan hukum yang melarang pembakaran sampah plastik.
- Tidak menerapkan pengolahan sampah dengan pembakaran.
- Mengendalikan sumber-sumber mikroplastik di udara.
- Menetapkan baku mutu mikroplastik di lingkungan dan makanan laut.
Temuan ini menggarisbawahi perlunya tindakan segera untuk mengatasi masalah polusi mikroplastik di Indonesia, demi melindungi kesehatan masyarakat dan kelestarian lingkungan.