Kesenjangan Ekonomi Pengaruhi Tingkat Stunting: Studi Kemenkes Ungkap Risiko Lebih Tinggi pada Anak dari Keluarga Miskin
Studi terbaru Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunjukkan adanya korelasi signifikan antara status sosial ekonomi keluarga dengan risiko stunting pada anak. Data survei mengungkapkan bahwa anak-anak yang lahir dalam keluarga dengan kondisi ekonomi terbatas memiliki risiko stunting dua kali lipat dibandingkan dengan mereka yang berasal dari keluarga yang lebih mampu.
Analisis data menunjukkan bahwa penurunan angka stunting paling signifikan terjadi pada kelompok usia satu tahun, dengan penurunan sekitar 11 persen. Namun, peningkatan kembali terjadi pada rentang usia 2 hingga 2,5 tahun, mencapai angka 19,9 persen. Hal ini mengindikasikan perlunya intervensi yang lebih komprehensif dan berkelanjutan dalam periode pertumbuhan anak.
Secara spesifik, prevalensi stunting tertinggi ditemukan pada anak-anak yang lahir dalam kelompok Q1, yang dikategorikan sebagai keluarga dengan kondisi ekonomi paling rendah. Studi tersebut mencatat bahwa 26 persen atau sekitar 1.155.547 kasus stunting terjadi pada kelompok ini. Sebaliknya, pada kelompok Q5, yang merupakan kelompok dengan kondisi ekonomi paling baik, angka stunting hanya mencapai 13 persen.
Temuan ini menggarisbawahi pentingnya fokus intervensi pada kelompok masyarakat dengan kondisi ekonomi rentan. Perhatian dan sumber daya yang lebih besar perlu dialokasikan untuk meningkatkan akses terhadap nutrisi yang memadai, layanan kesehatan, dan sanitasi yang layak bagi keluarga-keluarga ini. Dengan demikian, diharapkan angka stunting dapat ditekan secara signifikan di masa mendatang.
Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2024 juga mencatat adanya variasi prevalensi stunting antar provinsi. Bali mencatat prevalensi stunting terendah, yaitu 8,7 persen. Sementara itu, beberapa provinsi lain masih mencatat angka stunting di atas rata-rata nasional, termasuk Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Barat, Papua Barat Daya, dan Nusa Tenggara Barat (NTB), yang masing-masing mencatatkan angka di atas 30 persen.
Rekomendasi
Untuk mengatasi masalah stunting secara efektif, diperlukan pendekatan multi-sektoral yang melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah, tenaga kesehatan, lembaga swadaya masyarakat, dan keluarga. Beberapa langkah yang dapat diambil antara lain:
- Peningkatan akses terhadap layanan kesehatan: Memastikan semua keluarga, terutama yang berada dalam kondisi ekonomi rentan, memiliki akses mudah dan terjangkau ke layanan kesehatan, termasuk pemeriksaan kehamilan, imunisasi, dan pemantauan pertumbuhan anak.
- Peningkatan kesadaran tentang nutrisi: Mengedukasi masyarakat tentang pentingnya nutrisi yang baik selama kehamilan dan masa pertumbuhan anak, serta memberikan informasi tentang makanan yang bergizi dan terjangkau.
- Perbaikan sanitasi dan kebersihan: Meningkatkan akses terhadap sanitasi yang layak dan air bersih, serta mempromosikan praktik kebersihan yang baik untuk mencegah penyakit infeksi yang dapat menyebabkan stunting.
- Pemberdayaan ekonomi keluarga: Meningkatkan pendapatan dan stabilitas ekonomi keluarga melalui program-program pelatihan keterampilan, bantuan modal usaha, dan penciptaan lapangan kerja.
Dengan menerapkan langkah-langkah ini secara komprehensif dan berkelanjutan, diharapkan Indonesia dapat mencapai target penurunan angka stunting dan meningkatkan kualitas hidup generasi penerus.