OECD Revisi Turun Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Pemerintah Siapkan Strategi Antisipasi
Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk tahun 2025 menjadi 4,7%, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya sebesar 4,9%. Menanggapi hal ini, Pemerintah Indonesia menyatakan telah menyiapkan sejumlah langkah strategis untuk menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah tantangan global yang ada.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengakui adanya perlambatan ekonomi global yang berdampak pada proyeksi pertumbuhan di berbagai negara, termasuk Indonesia. Menurutnya, penurunan proyeksi ini sejalan dengan tren global yang menunjukkan kontraksi dalam aktivitas ekonomi dan perdagangan.
"Perlambatan ekonomi dunia saat ini menjadi perhatian utama. Penurunan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kebijakan perdagangan yang diterapkan oleh negara-negara besar," ujar Airlangga dalam konferensi pers virtual terkait perkembangan kesiapan Indonesia menuju keanggotaan OECD.
Menko Airlangga menyoroti dampak kebijakan tarif yang diberlakukan oleh Amerika Serikat terhadap mitra dagangnya sebagai salah satu faktor yang berkontribusi pada penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi global. Kebijakan ini diperkirakan dapat memangkas pertumbuhan ekonomi beberapa negara sebesar 0,5% hingga 0,7%.
Untuk mengantisipasi dampak perlambatan ekonomi global dan menjaga momentum pertumbuhan ekonomi domestik, Pemerintah Indonesia telah menyiapkan lima paket stimulus yang akan berlaku pada bulan Juni dan Juli. Paket stimulus ini dirancang untuk menjaga daya beli masyarakat dan mendukung sektor-sektor industri yang padat karya dan berorientasi ekspor, terutama yang terdampak oleh kebijakan perdagangan global.
"Pemerintah terus memantau perkembangan ekonomi global dan mengambil langkah-langkah proaktif untuk menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Paket stimulus ini diharapkan dapat memberikan dukungan bagi sektor-sektor yang rentan terhadap gejolak ekonomi global," jelas Airlangga.
Laporan OECD Economic Outlook 2025 juga menyoroti faktor-faktor lain yang mempengaruhi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia, termasuk inflasi dan kondisi keuangan. OECD memperkirakan inflasi di Indonesia akan meningkat secara bertahap menjadi 2,3% pada tahun 2025 dan 3% pada tahun 2026. Hal ini sebagian disebabkan oleh depresiasi nilai tukar rupiah yang dapat berdampak pada harga barang dan jasa di dalam negeri.
OECD menekankan pentingnya menjaga stabilitas makroekonomi dan meningkatkan daya saing Indonesia untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Selain itu, OECD juga menyoroti pentingnya reformasi struktural dan peningkatan kualitas sumber daya manusia untuk mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Secara keseluruhan, revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia oleh OECD menjadi pengingat akan tantangan yang dihadapi oleh perekonomian global dan domestik. Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk terus memantau perkembangan ekonomi dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Berikut adalah rincian perkiraan OECD:
- Pertumbuhan Ekonomi 2025: 4.7%
- Pertumbuhan Ekonomi 2026: 4.8%
- Inflasi 2025: 2.3%
- Inflasi 2026: 3%