Dari Jalanan ke Balai Desa: Transformasi Suramin, Mantan Preman yang Kini Memimpin Gemeksekti

Di sebuah desa bernama Gemeksekti, Kebumen, hiduplah seorang pria bernama Suramin. Kisahnya bukan tentang kesempurnaan sejak lahir, melainkan tentang perjuangan, kesalahan, dan akhirnya, penebusan. Dahulu, Suramin dikenal sebagai preman pasar, sosok yang akrab dengan kerasnya kehidupan jalanan. Namun, takdir membawanya ke jalan yang tak pernah ia bayangkan: menjadi kepala desa.

Suramin lahir dan besar di lingkungan yang jauh dari kata ideal. Koplak Dokar, tempat kelahirannya, adalah pusat kegiatan malam dengan segala atributnya: minuman keras, pekerja seks komersial, dan perkelahian. Masa kecilnya diwarnai dengan pemandangan seperti itu, membentuknya menjadi pribadi yang tangguh dan bermental baja. Pendidikan formalnya hanya sampai Sekolah Teknik (sekarang SMP), setelah itu ia lebih banyak menghabiskan waktu di pasar dan terminal. Dunia timer Colt, mengatur kendaraan umum, menjadi sekolah kehidupan baginya. Tato menghiasi tubuhnya, simbol identitas sebagai preman yang disegani.

Masa lalu Suramin tak lepas dari masalah hukum. Beberapa kali ia harus mendekam di penjara akibat terlibat perkelahian. Namun, di balik reputasinya yang keras, Suramin tetap berpartisipasi dalam kegiatan sosial di masyarakat. Ia hadir dalam acara kenduri dan yasinan, menunjukkan bahwa sisi kemanusiaannya tidak sepenuhnya hilang.

Titik balik dalam hidup Suramin terjadi ketika seorang tokoh desa menyarankannya untuk mencalonkan diri sebagai kepala desa. Ide ini awalnya terdengar absurd, namun Suramin menangkapnya sebagai sebuah tantangan. Tahun 2019, ia memberanikan diri maju dalam pemilihan kepala desa dan berhasil meraih kemenangan mutlak. Ia mengalahkan empat kandidat lain dengan perolehan 1.906 suara.

Sebagai kepala desa, Suramin langsung tancap gas. Ia mengumpulkan perangkat desa dan menyampaikan visi misinya. Ia menekankan pentingnya kerja sama dan meminta perangkat desa untuk tidak ragu mengkritik jika ia melakukan kesalahan. Kepemimpinan Suramin membawa perubahan signifikan bagi Desa Gemeksekti. Desa yang dulunya tertinggal, kini berkembang menjadi kampung batik yang mandiri.

Salah satu tantangan terbesar di awal kepemimpinannya adalah pandemi Covid-19. Namun, berkat jaringan yang ia bangun semasa menjadi anak jalanan, Suramin berhasil mendapatkan bantuan dana sebesar Rp 1,6 miliar untuk pembangunan desa pasca-pandemi. Prestasi demi prestasi diraih, termasuk penghargaan sebagai desa terbaik dalam pembayaran pajak dan pengelolaan dana desa. Gemeksekti juga meraih penghargaan "Satu Desa Satu Cerita" pada tahun 2023, memenangkan lomba Perpusdes tingkat kabupaten, dan meraih penghargaan Siskamling dari Polres Kebumen pada tahun 2024. Bahkan, desa ini mendapatkan bantuan pembangunan Puskesmas Pembantu (Pustu) dari Kementerian Kesehatan pada tahun 2025.

Suramin berprinsip bahwa apapun yang ia kerjakan harus dilakukan dengan sebaik-baiknya. Ia ingin membuktikan bahwa masa lalu yang kelam tidak menghalanginya untuk memimpin dan memberikan manfaat bagi masyarakat. Kini, setiap kali melihat anak jalanan, Suramin teringat pada dirinya sendiri di masa lalu. Ia percaya bahwa setiap orang memiliki potensi untuk berubah dan memberikan kontribusi positif jika diberi kesempatan yang sama.