KNKT Ungkap Faktor Dominan Penyebab Kecelakaan Maut Bus dan Truk di Indonesia
Kecelakaan lalu lintas yang melibatkan bus dan truk masih menjadi momok menakutkan di jalan raya Indonesia. Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyoroti sejumlah faktor krusial yang menjadi penyebab utama tragedi ini. Temuan KNKT mengindikasikan bahwa kecelakaan bus dan truk bukan hanya sekadar insiden tunggal, melainkan akumulasi dari berbagai permasalahan yang saling berkaitan.
Plt Ketua Subkomite Lalu Lintas Angkutan Jalan KNKT, Ahmad Wildan, mengungkapkan bahwa faktor manusia (human error) masih mendominasi penyebab kecelakaan bus dan truk. Namun, Wildan menekankan, human error ini seringkali dipicu oleh kondisi atau situasi yang membahayakan (hazard) yang tidak terkelola dengan baik. Artinya, kecelakaan bukanlah semata-mata kesalahan pengemudi, tetapi juga akibat dari sistem yang kurang memadai dalam mengantisipasi dan mencegah potensi bahaya.
KNKT mengidentifikasi empat penyebab utama kecelakaan bus dan truk:
- Kegagalan Fungsi Rem (Rem Blong) di Jalan Menurun: Kondisi ini terjadi ketika pengemudi menggunakan gigi tinggi saat menuruni jalan curam, melakukan pengereman berulang kali, yang menyebabkan rem menjadi panas dan kehilangan fungsinya. Situasi diperparah ketika pengemudi mencoba memindahkan gigi saat rem blong, justru membuat kendaraan masuk ke posisi netral dan meluncur tak terkendali. Kecepatan kendaraan yang melaju di jalan menurun dengan gigi netral dapat mencapai 100 km/jam atau lebih, sehingga tabrakan yang terjadi akan sangat fatal.
- Malfungsi Sistem Rem Akibat Kurangnya Pemeriksaan Kendaraan: Banyak pengemudi truk dan bus tidak melakukan pemeriksaan kendaraan secara menyeluruh sebelum memulai perjalanan (pre-trip inspection). Akibatnya, potensi masalah pada sistem rem tidak terdeteksi sejak awal. Hal ini bisa berupa kebocoran minyak rem, kampas rem yang aus, atau masalah pada komponen lainnya. Kondisi rem yang tidak optimal tentu sangat berbahaya, terutama saat menghadapi situasi darurat.
- Kurangnya Pemahaman Pengemudi Terhadap Kondisi Jalan: Pengemudi seringkali kurang mendapatkan informasi yang memadai tentang kondisi jalan yang akan dilalui, seperti adanya tikungan tajam, jalanan rusak, atau potensi longsor. Kurangnya pemahaman ini dapat menyebabkan pengemudi mengambil keputusan yang salah, seperti kecepatan yang tidak sesuai atau kurang antisipasi terhadap bahaya.
- Kelelahan dan Microsleep: Mengemudi dalam jangka waktu yang lama tanpa istirahat yang cukup dapat menyebabkan kelelahan ekstrem dan microsleep (tertidur sesaat). Kondisi ini sangat berbahaya karena pengemudi kehilangan konsentrasi dan tidak mampu merespons situasi dengan cepat. Mengemudi lebih dari 12 jam tanpa istirahat atau mengemudi dalam kondisi sakit dan mengonsumsi obat-obatan tertentu dapat meningkatkan risiko microsleep.
KNKT menekankan pentingnya peningkatan kesadaran dan pemahaman pengemudi terhadap potensi bahaya di jalan raya. Selain itu, perusahaan otobus dan truk juga memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa kendaraan mereka dalam kondisi prima dan pengemudi mereka dalam kondisi fisik dan mental yang fit untuk mengemudi. Pemerintah juga perlu meningkatkan kualitas infrastruktur jalan dan memberikan informasi yang memadai tentang kondisi jalan kepada para pengguna jalan.