Leptospirosis: Ancaman Gagal Ginjal Akibat Infeksi Bakteri Leptospira
Leptospirosis: Ancaman Gagal Ginjal Akibat Infeksi Bakteri Leptospira
Kasus leptospirosis di Indonesia menunjukkan tren peningkatan signifikan dalam beberapa tahun terakhir, dengan lonjakan hampir tiga kali lipat pada tahun 2022 dibandingkan tahun sebelumnya. Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran serius, terutama di wilayah rawan banjir yang menjadi lingkungan ideal bagi penyebaran bakteri Leptospira, penyebab penyakit ini. Penularan leptospirosis terjadi melalui kontak dengan air atau tanah yang terkontaminasi urine hewan terinfeksi, seperti tikus, sapi, anjing, dan babi. Oleh karena itu, kewaspadaan masyarakat, khususnya di daerah rawan banjir, sangatlah penting.
Infeksi leptospirosis tidak boleh dianggap remeh. Gejala awal dapat berupa demam, sakit kepala, nyeri otot (mirip pegal linu), dan kelelahan. Namun, bahaya leptospirosis terletak pada potensi komplikasi serius, terutama pada individu dengan daya tahan tubuh rendah. Menurut dr. Bonita Effendi, Sp.PD dari Rumah Sakit Pondok Indah, Puri Indah Jakarta, leptospirosis memiliki dua fase infeksi. Fase pertama ditandai dengan munculnya gejala-gejala awal. Fase kedua, atau fase imun, jauh lebih berbahaya karena bakteri Leptospira mulai menyerang organ vital tubuh, termasuk ginjal. Pada fase ini, risiko gagal ginjal bahkan kematian menjadi sangat nyata. Proses tubuh dalam mengeluarkan bakteri melalui urine dapat mengganggu fungsi ginjal, sehingga memicu gagal ginjal akut.
"Bakteri leptospira paling sering disebarkan melalui kontak dengan benda yang terkontaminasi, seperti genangan atau lumpur pascabanjir," jelas dr. Bonita dalam wawancara online pada 10 Maret lalu. Beliau menekankan pentingnya menghindari kontak langsung dengan air yang terkontaminasi, terutama jika terdapat luka terbuka pada kulit. Masa inkubasi leptospirosis berkisar antara 2 hingga 14 hari, memberikan jendela waktu yang sempit untuk intervensi medis.
Penanganan leptospirosis yang tepat waktu sangat krusial untuk mencegah komplikasi. Diagnosis dan pengobatan dini pada fase awal infeksi dapat mencegah perkembangan penyakit menjadi lebih berat. Namun, keterlambatan pengobatan, terutama pada individu dengan daya tahan tubuh yang lemah, dapat meningkatkan risiko gagal ginjal dan komplikasi lainnya. Oleh karena itu, segera konsultasikan ke tenaga medis jika mengalami gejala-gejala leptospirosis, terutama setelah kontak dengan area yang terdampak banjir.
Langkah-langkah pencegahan leptospirosis meliputi:
- Menjaga kebersihan diri secara optimal.
- Memastikan kebersihan air minum.
- Menggunakan sepatu bot dan sarung tangan saat beraktivitas di daerah yang tergenang atau baru terkena banjir.
Dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya leptospirosis dan menerapkan langkah-langkah pencegahan yang tepat, kita dapat mengurangi risiko infeksi dan komplikasi yang mengancam jiwa ini.