Penumpang Wanita Korban Mastektomi Alami Perlakuan Tidak Menyenangkan Saat Pemeriksaan di Bandara

Seorang penumpang wanita menjadi korban perlakuan kurang menyenangkan saat menjalani pemeriksaan keamanan di Bandara Bristol, Inggris. Insiden ini terjadi karena penggunaan payudara prostetik yang dikenakannya pasca-mastektomi. Peristiwa ini memicu perdebatan mengenai sensitivitas petugas keamanan bandara terhadap penumpang dengan kondisi medis khusus.

Wanita yang tidak disebutkan namanya ini, berasal dari Cornwall, hendak melakukan penerbangan dari Bandara Bristol. Setelah menjalani mastektomi, ia menggunakan payudara prostetik untuk menunjang penampilannya. Namun, tanpa disangka, penggunaan prostetik ini justru menimbulkan masalah yang membuatnya merasa dilecehkan dan dipermalukan.

Menurut pengakuannya, petugas keamanan bandara melakukan pemeriksaan berulang kali terhadap dirinya. Pemeriksaan ini berfokus pada payudara prostetik yang dikenakannya. Puncaknya, petugas keamanan bahkan memintanya untuk membuka sebagian pakaiannya dan menunjukkan payudara palsunya. Tindakan ini dilakukan seolah untuk memastikan bahwa ia benar-benar telah menjalani operasi mastektomi.

"Saya benar-benar kesal dan terkejut dengan perlakuan tersebut. Saya merasa tidak seharusnya saya harus membuktikan kepada petugas keamanan bandara bahwa saya telah menjalani mastektomi," ujarnya dengan nada kecewa.

Insiden ini kemudian viral dan mendapat perhatian luas dari masyarakat. Pihak Bandara Bristol segera mengeluarkan pernyataan resmi terkait kejadian tersebut. Mereka menyampaikan permohonan maaf atas pengalaman tidak menyenangkan yang dialami penumpang tersebut.

"Kami sangat menyesal mendengar tentang pengalaman pelanggan kami. Kami meminta mereka untuk menghubungi kami secara langsung agar kami dapat melakukan investigasi secara menyeluruh. Kami menanggapi masalah ini dengan sangat serius," kata juru bicara Bandara Bristol.

Bandara Bristol juga menjelaskan bahwa pemeriksaan terhadap penumpang yang menggunakan perangkat medis dan prostetik merupakan bagian dari pelatihan keamanan. Semua pemeriksaan dilakukan sesuai dengan peraturan Departemen Transportasi dan panduan CAA (Civil Aviation Authority).

Kasus serupa juga pernah terjadi pada bulan April lalu. Seorang wanita bernama Realtán Ní Leannáin, yang juga telah menjalani mastektomi, diminta untuk melepaskan payudara palsunya di depan umum saat melewati pemindai keamanan di bandara Dublin. Kejadian ini menimpa Realtán saat ia hendak melakukan penerbangan ke Donegal. Payudara buatannya memicu alarm pada teknologi pemindai baru yang digunakan di bandara tersebut.

"Petugas keamanan bahkan tidak menawarkan untuk menggeledah saya secara pribadi. Dia hanya berdiri dan menunggu saya melepaskan prostesis saya," ungkap Realtán.

Insiden-insiden ini menyoroti pentingnya pelatihan yang lebih baik bagi petugas keamanan bandara dalam menangani penumpang dengan kondisi medis khusus. Diperlukan pendekatan yang lebih sensitif dan penuh pengertian agar penumpang tidak merasa dilecehkan atau dipermalukan saat menjalani pemeriksaan keamanan.