Bank Indonesia Koreksi Target Pertumbuhan Pembiayaan Syariah di Tengah Ketidakpastian Ekonomi Global

Bank Indonesia (BI) merevisi target pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah untuk tahun ini, menyesuaikan proyeksi dari 11-13 persen menjadi 8-11 persen. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap dinamika ekonomi global dan domestik yang penuh ketidakpastian, yang berdampak signifikan pada sektor pembiayaan, baik yang berbasis syariah maupun konvensional.

Imam Hartono, Kepala Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah BI, menyampaikan bahwa keputusan untuk merevisi target pertumbuhan ini didasari oleh pertimbangan kehati-hatian. Ketidakpastian ekonomi global, yang dipicu oleh berbagai faktor seperti tensi geopolitik, inflasi global, dan perubahan kebijakan moneter di negara-negara maju, memberikan tekanan pada kinerja sektor keuangan secara keseluruhan. Kondisi ini kemudian berdampak pada kemampuan perbankan syariah dalam menyalurkan pembiayaan.

Meski demikian, Bank Indonesia tetap menunjukkan optimisme terhadap potensi pertumbuhan pembiayaan syariah. BI meyakini bahwa dengan upaya berkelanjutan dalam pengembangan ekosistem ekonomi syariah, target yang telah direvisi masih dapat tercapai. Salah satu fokus utama adalah peningkatan literasi keuangan syariah di kalangan masyarakat.

Rendahnya Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah

Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2025 menunjukkan bahwa indeks literasi keuangan syariah di Indonesia masih berada di angka 43,42 persen, sementara indeks inklusi keuangannya mencapai 13,41 persen. Angka ini jauh tertinggal dibandingkan dengan keuangan konvensional, di mana indeks literasinya mencapai 66,46 persen dan indeks inklusinya mencapai 80,51 persen. Perbedaan yang signifikan ini mengindikasikan adanya kesenjangan pemahaman dan akses masyarakat terhadap produk dan layanan keuangan syariah.

BI melihat kesenjangan ini sebagai peluang besar untuk meningkatkan penetrasi keuangan syariah. Rendahnya tingkat literasi menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat yang belum sepenuhnya memahami konsep dan manfaat keuangan syariah. Selain itu, inklusi keuangan yang rendah mengindikasikan bahwa akses masyarakat terhadap produk dan layanan keuangan syariah masih terbatas.

Upaya Peningkatan Literasi dan Inklusi

Bank Indonesia bersama dengan pemangku kepentingan lainnya terus berupaya meningkatkan literasi dan inklusi keuangan syariah. Upaya ini meliputi:

  • Penyelenggaraan edukasi dan sosialisasi mengenai keuangan syariah kepada masyarakat luas.
  • Pengembangan produk dan layanan keuangan syariah yang inovatif dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
  • Peningkatan akses masyarakat terhadap layanan keuangan syariah melalui perluasan jaringan kantor dan pemanfaatan teknologi digital.

BI juga menyadari bahwa masih terdapat persepsi yang kurang tepat di sebagian masyarakat mengenai keuangan syariah. Beberapa masyarakat menganggap bahwa produk dan layanan keuangan syariah lebih mahal dibandingkan dengan keuangan konvensional. Oleh karena itu, BI terus berupaya memberikan pemahaman yang benar mengenai keuangan syariah dan menghilangkan persepsi yang keliru tersebut.

Realisasi Pembiayaan Syariah Terkini

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), penyaluran pembiayaan perbankan syariah pada April 2025 mencapai Rp 653,44 triliun, tumbuh 8,87 persen secara tahunan. Meskipun tumbuh positif, realisasi ini menunjukkan perlambatan dibandingkan dengan pertumbuhan pada April 2024 yang mencapai 9,2 persen secara tahunan.

Perlambatan pertumbuhan ini menjadi salah satu pertimbangan bagi Bank Indonesia dalam merevisi target pertumbuhan pembiayaan syariah. BI akan terus memantau perkembangan sektor keuangan syariah dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan.