Pemerintah Siapkan 100 Koperasi Desa Merah Putih Sebagai Model Percontohan Nasional
Pemerintah Indonesia sedang mempersiapkan 100 Koperasi Desa/Kelurahan (Kopdeskel) Merah Putih sebagai model percontohan sebelum diluncurkan secara resmi pada bulan Oktober. Inisiatif ini bertujuan untuk mematangkan konsep Kopdeskel Merah Putih melalui serangkaian uji coba dan penyempurnaan.
Wakil Menteri Koperasi (Wamenkop), Ferry Juliantono, menyampaikan bahwa proyek percontohan ini ditargetkan untuk mulai berjalan pada akhir Juli. Dalam tiga bulan berikutnya, fokus akan diberikan pada pematangan konsep melalui pelatihan, pendampingan, dan pengembangan model bisnis yang sesuai.
"Kita targetkan mock-up ini benar-benar bisa kita lakukan di akhir Juli," ujar Ferry setelah rapat koordinasi terbatas di Kantor Kemenko Pangan, Jakarta Pusat.
Kriteria utama untuk menjadi proyek percontohan adalah koperasi yang sudah beroperasi. Kopdeskel Merah Putih percontohan ini akan mengembangkan berbagai model bisnis, mulai dari sektor pertanian hingga perikanan. Dari 100 lokasi yang telah diidentifikasi, seleksi lebih lanjut akan dilakukan untuk memilih yang paling representatif.
"Lokasinya tersebar. Sebagian ada di Jawa. Sudah terkumpul 100 mock-up lokasi, tapi nanti akan diseleksi lagi," jelas Ferry.
Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo, menambahkan bahwa koperasi percontohan ini akan difokuskan pada koperasi yang sudah berjalan. Model bisnis mereka akan dikembangkan lebih lanjut, misalnya menjadi pengecer pupuk, pangkalan LPG, mitra pembelian gabah Bulog, agen BRILink, dan agen PT Pos.
"Sehingga ekosistem perdagangan dan distribusi barang di desa dapat dikelola oleh Koperasi Desa Merah Putih, termasuk perdagangan sembako. Melalui percontohan ini, kita akan melihat bagaimana ekosistem ini dapat terbangun di sekitar 100 unit koperasi yang terpilih," jelas Kartika, yang akrab disapa Tiko.
Proyek percontohan ini juga akan menentukan kebutuhan kredit pinjaman yang akan disalurkan oleh Himbara (Himpunan Bank Milik Negara) untuk setiap Kopdeskel Merah Putih. Plafon pinjaman yang direncanakan berkisar antara Rp 1-3 miliar. Tiko berharap bahwa pelaksanaan pinjaman ini akan sesuai dengan skala bisnis yang ada.
"Harus berkesinambungan dan sesuai dengan skala bisnis. Dengan memperdagangkan barang-barang secara ekosistem di desa, ini dapat mendukung kesejahteraan masyarakat desa," pungkas Tiko.
Inisiatif Kopdeskel Merah Putih ini diharapkan dapat menjadi solusi konkret untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa melalui penguatan ekonomi lokal dan pemberdayaan koperasi.