Transisi Energi Nasional: RUPTL 2025-2034 Diproyeksikan Ciptakan Jutaan Lapangan Kerja Hijau
Transisi Energi Nasional: RUPTL 2025-2034 Diproyeksikan Ciptakan Jutaan Lapangan Kerja Hijau
Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034 mengisyaratkan babak baru bagi sektor ketenagalistrikan Indonesia. Pemerintah menargetkan terbukanya lebih dari 1,7 juta peluang kerja, di mana sebagian besar dikategorikan sebagai green jobs. Hal ini sejalan dengan komitmen Indonesia dalam transisi energi menuju sumber-sumber yang lebih berkelanjutan.
Menurut analisis Koaksi Indonesia, sekitar 91% dari 836.696 tenaga kerja di subsektor pembangkitan listrik akan masuk dalam kategori pekerjaan hijau. Ini menjadi momentum penting, namun juga menghadirkan tantangan tersendiri. Kesiapan sumber daya manusia nasional menjadi kunci keberhasilan transisi energi ini.
Survei yang dilakukan Koaksi Indonesia bersama BOI Research menunjukkan bahwa mayoritas generasi muda tertarik untuk berkarir di sektor yang memberikan dampak positif bagi lingkungan. Sayangnya, kurangnya informasi, pelatihan yang memadai, dan dukungan kebijakan menjadi penghalang bagi mereka untuk terjun langsung.
Peta Jalan Pengembangan Tenaga Kerja Hijau Indonesia yang diinisiasi oleh Bappenas pada April 2025 lalu, dipandang sebagai langkah awal yang baik. Namun, implementasinya masih perlu diperjelas, terutama di tingkat daerah. Perhatian khusus juga perlu diberikan kepada kelompok masyarakat yang terdampak transisi dari energi fosil.
Transisi energi bukan hanya tentang membangun infrastruktur pembangkit listrik baru. Lebih dari itu, dibutuhkan investasi besar dalam pengembangan kapasitas sumber daya manusia. Green jobs bukan hanya sekadar peluang kerja, tetapi juga menjadi penentu daya saing regional dan daya tarik investasi hijau yang berkelanjutan.
Koaksi Indonesia menyambut baik target bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 61% dari total penambahan kapasitas pembangkit sebesar 69,5 gigawatt (GW). Namun, penciptaan green jobs harus diimbangi dengan program peningkatan keterampilan (upskilling dan reskilling) yang komprehensif.
Indra Sari Wardhani, Direktur Kemitraan Strategis dan Pengembangan Koaksi Indonesia, menekankan pentingnya kualitas pekerjaan selain kuantitas. Sektor energi terbarukan yang berbasis potensi lokal harus memberikan kontribusi positif terhadap ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Data RUPTL menunjukkan bahwa sektor tenaga surya (PLTS) diperkirakan akan menyerap 348.000 tenaga kerja, panas bumi (PLTP) 42.000 orang, dan tenaga air (PLTA) 129.000 orang. Semua sektor ini membutuhkan keahlian teknis baru yang saat ini masih langka di pasar kerja.
Oleh karena itu, Koaksi Indonesia mendesak pemerintah untuk segera menyusun strategi nasional reskilling dan upskilling yang berbasis pada peta jalan green jobs. Pemerintah daerah, sektor swasta, dan institusi pendidikan harus dilibatkan secara aktif.
Partisipasi aktif generasi muda melalui SMK, sekolah vokasi, dan program magang juga sangat penting. Prinsip keadilan sosial harus menjadi fondasi agar transisi energi tidak memperlebar kesenjangan.
Green jobs dapat menjadi jembatan menuju ekonomi hijau jika dirancang secara terencana, terukur, inklusif, adil, dan berkelanjutan. Dengan persiapan yang matang, Indonesia dapat memanfaatkan momentum transisi energi untuk menciptakan lapangan kerja yang berkualitas dan berkelanjutan bagi generasi mendatang.