IHSG Rebound di Awal Sesi, Rupiah Tertekan Sentimen Global
Pasar Saham Indonesia Mengawali Hari dengan Optimisme
Pada pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan sinyal positif dengan bergerak ke zona hijau. Pada pukul 09.02 WIB, IHSG tercatat berada di posisi 7.077, mengalami kenaikan sebesar 32,62 poin atau 0,46 persen dibandingkan penutupan sebelumnya di level 7.044,82.
Kinerja pasar saham pagi ini didukung oleh pergerakan sejumlah saham, di mana 230 saham mencatatkan kenaikan, sementara 112 saham mengalami penurunan. Sebanyak 230 saham lainnya terpantau stagnan. Total nilai transaksi hingga saat ini mencapai Rp 732,80 miliar, dengan volume perdagangan sebanyak 1,23 miliar saham.
Maximilianus Nico Demus, Direktur Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, menjelaskan bahwa sentimen pasar turut dipengaruhi oleh kebijakan terbaru Presiden AS Donald Trump yang secara resmi menaikkan tarif baja dan aluminium dari 25 persen menjadi 50 persen. Analisis teknikal menunjukkan bahwa IHSG berpotensi mengalami pelemahan terbatas dengan level support dan resistance di kisaran 7.020–7.160. Penembusan di atas area resisten 7.115-7.144 akan menjadi indikasi tren kenaikan yang kuat, dengan target resisten berikutnya di 7.216. Namun, IHSG berpotensi melanjutkan koreksi jika melemah di bawah level 7.012.
Kondisi Bursa Regional
Bursa saham di kawasan Asia menunjukkan kinerja beragam. Strait Times mengalami penurunan sebesar 0,10 persen (3,98 poin) ke level 3.890,38. Sementara itu, Shanghai Composite naik 0,28 persen (9,55 poin) ke level 3.371,53, Nikkei melonjak 0,85 persen (318.39 poin) ke level 37.765,19, dan Hang Seng menguat 0,63 persen (148,06 poin) ke level 23.660,55.
Pelemahan Rupiah di Pasar Spot
Berbanding terbalik dengan IHSG, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot pagi ini mengalami pelemahan. Data Bloomberg menunjukkan bahwa pada pukul 09.16 WIB, rupiah berada pada level Rp 16.312 per dolar AS, melemah 3,30 poin atau 0,02 persen dibandingkan penutupan sebelumnya di Rp 16.309 per dolar AS.
Ariston Tjendra, Pengamat Pasar Uang sekaligus Presiden Direktur PT Doo Financial Futures, menjelaskan bahwa data ekonomi AS yang dirilis semalam menunjukkan hasil yang beragam. Data pesanan pabrik mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya, namun data jumlah lowongan pekerjaan AS lebih baik dari proyeksi. Hal ini mengindikasikan adanya penambahan lowongan di tengah perlambatan ekonomi AS akibat kenaikan tarif impor. Ariston menambahkan bahwa hasil yang menunjukkan ekonomi AS masih mengalami tekanan mendorong pelemahan dolar AS. Isu fiskal, seperti defisit yang meningkat dan potensi kenaikan utang AS, semakin menambah beban ekonomi AS dan memberikan tekanan pada dolar AS. "Rupiah berpotensi menguat atau setidaknya berkonsolidasi di sekitar level 16.200-16.300 terhadap dolar AS hari ini," ujarnya.