Rote Ndao Diproyeksikan Jadi Sentra Garam Nasional, Investasi 2 Triliun Rupiah Digelontorkan

Indonesia tengah bersiap merealisasikan ambisi swasembada garam melalui pembangunan kawasan sentra industri garam nasional (KISGN) di Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur. Proyek ambisius ini diharapkan menjadi solusi atas ketergantungan impor garam dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengalokasikan anggaran sebesar 2 triliun rupiah untuk periode 2025-2026, di luar pagu anggaran KKP yang telah disetujui. Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, menyatakan dukungan penuh dari Presiden Prabowo Subianto terhadap proyek ini. Anggaran tersebut secara khusus diperuntukkan untuk mewujudkan swasembada garam nasional.

Pengembangan KISGN Rote Ndao akan dibagi menjadi sepuluh zona, disesuaikan dengan kondisi geografis wilayah tersebut. Proses pembangunan akan dilakukan secara bertahap:

  • Tahap 1 (2025): Meliputi area seluas 1.193 hektar dengan anggaran 749,91 miliar rupiah.
  • Tahap 2 (2026): Pengembangan area seluas 9.541 hektar dengan anggaran 853,11 miliar rupiah.
  • Tahap 3 (2027): Pengembangan area seluas 3.135 hektar.

Proyeksi produksi garam mencapai 200 ton per hektar per tahun. Dengan demikian, total volume produksi yang ditargetkan adalah 2,6 juta ton per tahun, dengan nilai produksi mencapai 2,6 triliun rupiah per tahun. Menteri Trenggono menargetkan tahap pertama pembangunan selesai pada tahun ini, sehingga produksi dapat dimulai pada Maret 2026.

Bupati Rote Ndao, Paulus Henuk, menyambut baik inisiatif ini. Ia mengungkapkan rasa harunya atas perhatian pemerintah pusat terhadap Rote Ndao. Proyek ini diharapkan dapat membuka lapangan kerja bagi 26.600 orang, dari sektor hulu hingga hilir.

Paulus Henuk meyakini KISGN akan menjadi solusi atas berbagai permasalahan sosial di Rote Ndao, termasuk kemiskinan ekstrem dan stunting. Ia optimis bahwa proyek ini akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Rote Ndao. Dirinya mengatakan angka stunting di wilayahnya masih berada di 29,8% pada tahun 2023, namun turun ke 32% tahun lalu. Ia yakin angka tersebut akan semakin menurun seiring dengan berjalannya proyek ini, bersamaan dengan penurunan tingkat kemiskinan.