Gelombang Protes Akibat Gaya Hidup Mewah Keluarga, PM Mongolia Mundur dari Jabatan

Perdana Menteri Mongolia Mengundurkan Diri di Tengah Protes Gaya Hidup Mewah Keluarga

Ulaanbaatar, Mongolia – Luvsannamsrain Oyun-Erdene, Perdana Menteri Mongolia, telah mengumumkan pengunduran dirinya dari jabatan pada hari Selasa (3/6), menyusul gelombang protes yang dipicu oleh gaya hidup mewah keluarganya, khususnya putranya. Pengunduran diri ini terjadi setelah mosi kepercayaan yang diajukan oleh Oyun-Erdene sendiri di parlemen gagal mendapatkan dukungan mayoritas.

Mosi kepercayaan tersebut diajukan sebagai respons terhadap demonstrasi yang berlangsung selama beberapa hari di ibu kota Ulaanbaatar. Para pengunjuk rasa menuduh Oyun-Erdene terlibat dalam praktik korupsi dan menyoroti gaya hidup mewah keluarganya, terutama pengeluaran berlebihan putranya. Mereka juga menyuarakan keprihatinan atas meningkatnya biaya hidup di Mongolia.

Pemungutan suara rahasia dalam mosi kepercayaan menunjukkan bahwa hanya 44 dari 82 anggota parlemen yang memberikan dukungan kepada Oyun-Erdene, sementara 38 lainnya menentangnya. Hasil ini menunjukkan bahwa Oyun-Erdene gagal mencapai ambang batas dukungan yang diperlukan, yaitu 64 suara dari total 126 kursi parlemen, yang membuatnya harus mengundurkan diri.

"Merupakan suatu kehormatan untuk melayani negara dan rakyat saya di masa-masa sulit, termasuk pandemi, perang, dan tarif," ujar Oyun-Erdene dalam pidato pengunduran dirinya. Ia akan tetap menjabat sebagai Perdana Menteri sementara hingga penggantinya ditunjuk dalam waktu 30 hari ke depan.

Gelombang Protes dan Tuntutan

Unjuk rasa yang mendesak pengunduran diri Oyun-Erdene dipicu oleh laporan mengenai gaya hidup mewah keluarganya yang beredar luas di media sosial. Para demonstran menyoroti pengeluaran berlebihan putra Oyun-Erdene, termasuk lamaran mewah, penggunaan helikopter pribadi, cincin mahal, tas tangan bermerek, dan mobil mewah.

Para pengunjuk rasa mempertanyakan sumber kekayaan keluarga Oyun-Erdene, mengingat latar belakangnya yang sederhana. Hal ini memicu kecurigaan bahwa Oyun-Erdene dan keluarganya telah memperoleh keuntungan dari korupsi dan praktik ilegal lainnya.

"Tanpa sumber pendapatan yang jelas, pajangan tas mewah, perjalanan pribadi, dan kehidupan mewah mereka menjadi tamparan keras untuk warga Mongolia pada umumnya," kata Amina, seorang demonstran berusia 28 tahun.

Kantor Oyun-Erdene membantah tuduhan korupsi dan gaya hidup mewah keluarga, menyebutnya sebagai "fitnah". Namun, bantahan ini gagal meredam kemarahan publik. Ratusan demonstran, sebagian besar anak muda, turun ke jalan-jalan Ulaanbaatar selama dua minggu sebelum pemungutan suara mosi kepercayaan. Mereka menuntut Oyun-Erdene untuk merilis laporan keuangannya dan mengundurkan diri dari jabatannya.

Tantangan Korupsi dan Masa Depan Mongolia

Pengunduran diri Oyun-Erdene menyoroti tantangan korupsi yang mengakar di Mongolia. Negara ini telah berjuang melawan korupsi selama beberapa dekade, dan banyak warga Mongolia percaya bahwa para elite kaya negara itu telah menimbun keuntungan dari industri pertambangan batu bara yang berkembang pesat dengan mengorbankan masyarakat umum.

Kasus Oyun-Erdene menjadi simbol dari ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang dirasakan oleh banyak warga Mongolia. Pengunduran dirinya dapat menjadi titik balik dalam upaya memerangi korupsi dan meningkatkan tata kelola pemerintahan di negara tersebut.

Masa depan Mongolia kini berada di tangan parlemen, yang akan memilih pengganti Oyun-Erdene dalam waktu 30 hari ke depan. Pemerintah baru akan menghadapi tugas berat untuk memulihkan kepercayaan publik, mengatasi masalah korupsi, dan meningkatkan kesejahteraan rakyat Mongolia.