Ketersediaan Lapangan Kerja di Indonesia: Antara Peluang dan Kesiapan SDM
Tantangan Kesiapan SDM di Tengah Peluang Kerja yang Luas
Keresahan sebagian masyarakat mengenai sulitnya mendapatkan pekerjaan mendapatkan tanggapan dari Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia. Dalam sebuah forum diskusi, Bahlil menyoroti bahwa ketersediaan lapangan kerja sebenarnya cukup memadai, namun yang menjadi perhatian utama adalah kesiapan sumber daya manusia (SDM) untuk mengisi posisi-posisi tersebut.
"Jangan hanya mengeluh lapangan kerja tidak ada, tetapi mari kita bersama-sama berintrospeksi dan meningkatkan kualitas diri agar sesuai dengan kebutuhan industri," ujar Bahlil dalam acara Pembukaan Human Capital Summit 2025 di Jakarta. Ia menekankan pentingnya peningkatan kompetensi tenaga kerja agar dapat bersaing dan memanfaatkan peluang yang ada.
Sektor ESDM, menurut Bahlil, memiliki potensi besar dalam menciptakan lapangan kerja baru. Diproyeksikan, sektor ini akan membuka sekitar 6,2 juta lapangan kerja hingga tahun 2030. Peluang ini tersebar di berbagai subsektor, termasuk:
- Pembangkitan dan transmisi tenaga listrik
- Pengolahan dan pemurnian mineral dan batu bara (hilirisasi minerba)
- Pengembangan industri pendukung ekosistem kendaraan listrik
Bahlil menegaskan bahwa untuk dapat memanfaatkan peluang ini, tenaga kerja Indonesia harus memiliki keterampilan dan pengetahuan yang relevan dengan kebutuhan industri yang terus berkembang. Ia juga menambahkan, Indonesia tidak bisa lagi hanya mengandalkan cara kerja konvensional.
"Jika kita ingin mencapai pendapatan per kapita 10.000 – 11.000 dollar AS, maka kualitas tenaga kerja kita harus ditingkatkan," tegasnya. Transisi energi, misalnya, membutuhkan SDM yang tidak hanya terampil, tetapi juga inovatif dan adaptif terhadap teknologi baru.
Pertumbuhan Angkatan Kerja dan Kesenjangan Keterampilan
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja di Indonesia pada tahun 2025 mencapai lebih dari 149 juta orang, meningkat sekitar 2 juta orang dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan ini sebagian besar berasal dari lulusan baru dari berbagai jenjang pendidikan.
Namun, Ketua Umum Apindo, Shinta W Kamdani, menyoroti adanya kesenjangan antara pertumbuhan angkatan kerja dan daya serap pasar kerja. Setiap tahun, ada tambahan sekitar 2-3 juta angkatan kerja baru, namun penyerapan lapangan kerja masih terbatas.
Shinta menekankan bahwa solusi tidak hanya terletak pada proses seleksi kerja yang lebih efisien, tetapi juga pada penciptaan lapangan kerja yang lebih banyak dan peningkatan keterampilan tenaga kerja melalui program reskilling dan upskilling. Program-program ini bertujuan untuk membekali tenaga kerja dengan keterampilan baru atau meningkatkan keterampilan yang sudah ada agar sesuai dengan kebutuhan industri.
Dengan demikian, tantangan utama yang dihadapi Indonesia saat ini adalah bagaimana meningkatkan kualitas SDM agar dapat bersaing di pasar kerja yang semakin kompetitif dan memanfaatkan peluang yang ada, terutama di sektor-sektor yang sedang berkembang pesat seperti ESDM dan industri kendaraan listrik.