Serangan Bawah Laut Ukraina Targetkan Jembatan Krimea, Picu Ketegangan Baru
markdown Ukraina kembali meningkatkan eskalasi konflik dengan Rusia melalui serangan berani yang menargetkan Jembatan Krimea. Dinas Keamanan Ukraina (SBU) mengklaim bertanggung jawab atas serangan yang dilakukan dari bawah laut tersebut, menandai babak baru dalam strategi ofensif Kyiv. Serangan ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara kedua negara, setelah Ukraina mengklaim keberhasilan penghancuran sejumlah besar pesawat tempur Rusia dalam operasi drone beberapa waktu lalu.
Menurut pernyataan resmi SBU, operasi khusus ini telah direncanakan selama berbulan-bulan dan dieksekusi dengan menanam 1.100 kilogram bahan peledak di salah satu pilar bawah air jembatan. Video yang dirilis oleh SBU menunjukkan ledakan dahsyat yang menyemburkan air dan puing-puing ke udara. Foto-foto yang beredar juga memperlihatkan kerusakan pada bagian jembatan, meskipun tingkat kerusakan keseluruhan masih belum dapat dipastikan.
Jembatan Krimea, dengan panjang 19 kilometer, merupakan infrastruktur vital yang menghubungkan Rusia daratan dengan Semenanjung Krimea, wilayah yang dicaplok oleh Rusia pada tahun 2014. Sejak invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022, jembatan ini menjadi jalur utama bagi pasokan militer dan logistik Rusia. Penutupan sementara jembatan selama tiga jam dilaporkan oleh media Rusia, meskipun tidak ada penjelasan resmi yang diberikan mengenai penutupan tersebut.
Serangan ini mengikuti Operasi "Jaring Laba-laba" yang diklaim Ukraina berhasil menghancurkan puluhan pesawat tempur dan pembom strategis Rusia. Rangkaian serangan ini menunjukkan tekad Ukraina untuk terus menekan Rusia dengan menargetkan infrastruktur militer dan logistik penting, terutama di wilayah pendudukan. Meski blogger pro-Rusia mengecilkan dampak serangan dan menduga penggunaan drone laut, serangan ini tetap menjadi pukulan simbolis dan strategis bagi Rusia. Aksi ini jelas meningkatkan risiko konflik dan memicu spekulasi tentang potensi respons dari pihak Rusia.