Efektivitas Paket Stimulus Ekonomi Pemerintah Dipertanyakan: Fokus Konsumtif dan Jangka Pendek
Pakar ekonomi mengkritisi paket stimulus ekonomi yang digelontorkan pemerintah karena dinilai hanya berfokus pada konsumsi dan kurang menyentuh aspek fundamental ekonomi. Stimulus yang ada dianggap bersifat sementara dan tidak memberikan dampak jangka panjang yang signifikan.
Beberapa ekonom berpendapat bahwa stimulus yang berorientasi pada konsumsi, seperti insentif pajak sementara, hanya memberikan dorongan sesaat. Ketika insentif tersebut dihentikan, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan kembali melambat. Selain itu, pendekatan ini dianggap kurang efisien karena membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tanpa memberikan solusi yang berkelanjutan.
Yanuar Rizki, seorang pengamat ekonomi, menyoroti pentingnya insentif pajak yang tepat sasaran. Menurutnya, pemerintah perlu mengidentifikasi barang dan jasa yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat kelas menengah ke bawah dan memberikan insentif pada barang-barang tersebut. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan daya beli secara efektif.
Selain itu, Yanuar juga mengusulkan perluasan cakupan Bantuan Subsidi Upah (BSU) untuk mengatasi dampak pemutusan hubungan kerja (PHK) yang meluas, termasuk bagi pekerja di sektor informal. Ia menekankan bahwa subsidi konsumsi sebaiknya disalurkan langsung kepada masyarakat yang membutuhkan atau melalui penurunan harga barang-barang kebutuhan pokok.
Wijayanto Samirin, ekonom dari Universitas Paramadina, menekankan perlunya stimulus yang berkelanjutan dan berorientasi pada peningkatan efisiensi serta produktivitas ekonomi. Ia menyarankan agar pemerintah fokus pada kebijakan yang dapat memicu aktivitas ekonomi baru dan meningkatkan daya saing industri. Contohnya, proyek padat karya, dukungan untuk subsidi Kredit Pemilikan Rumah (KPR) sederhana, relaksasi perjalanan dinas, dan insentif untuk nelayan serta petani.
Mohammad Faisal, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE), juga sependapat bahwa paket stimulus saat ini bersifat temporer dan tidak menyentuh akar permasalahan ekonomi. Ia khawatir dampak positif stimulus akan hilang begitu program tersebut berakhir. Faisal memprediksi bahwa dengan stimulus yang ada, pertumbuhan ekonomi tahun ini sulit mencapai target 5%, dan diperkirakan hanya akan mencapai maksimal 4,8%.
Secara keseluruhan, para ekonom menyerukan agar pemerintah lebih fokus pada stimulus yang bersifat fundamental dan berkelanjutan, yang dapat meningkatkan daya saing ekonomi dan memberikan dampak jangka panjang yang positif bagi masyarakat. Kebijakan yang berorientasi pada efisiensi, produktivitas, dan penciptaan lapangan kerja baru dianggap lebih efektif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dibandingkan dengan stimulus konsumtif yang bersifat sementara.
Beberapa poin yang menjadi sorotan:
- Stimulus yang berfokus pada konsumsi dinilai kurang efektif dan hanya memberikan dampak jangka pendek.
- Pemerintah perlu memberikan insentif pajak yang tepat sasaran untuk meningkatkan daya beli masyarakat.
- Perluasan cakupan BSU, termasuk untuk pekerja sektor informal, dianggap penting untuk mengatasi dampak PHK.
- Stimulus yang berkelanjutan dan berorientasi pada peningkatan efisiensi serta produktivitas ekonomi lebih disarankan.
- Kebijakan yang memicu aktivitas ekonomi baru dan meningkatkan daya saing industri dianggap lebih efektif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi jangka panjang.