Keteguhan Hati Mbah Wuh: Menyisihkan BLT Demi Ibadah Kurban di Usia Senja
Di tengah kesibukannya mengurus kambing-kambingnya, Sri Wuhningsih, atau yang lebih dikenal sebagai Mbah Wuh, seorang wanita lansia dari Padukuhan Sentolo Lor, Kalurahan Sentolo, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, memperlihatkan keteguhan hati yang menginspirasi.
Setiap pagi, Mbah Wuh dengan telaten merawat kambing-kambingnya di kandang sederhana yang berada di pekarangan rumah keponakannya. Bahkan, ia tak segan menyusui anak-anak kambing yang baru lahir dengan botol dot, menunjukkan kasih sayang dan perhatiannya yang besar terhadap hewan-hewan ternaknya.
Kendati hidup dalam kesederhanaan, Mbah Wuh memiliki niat yang mulia: berkurban. Di usianya yang senja, ia tak lagi mampu bekerja seperti dulu. Warung kecilnya pun sepi pembeli, kalah bersaing dengan toko-toko modern yang menjamur di sekitarnya. Namun, keterbatasan ekonomi tak menghalangi niatnya untuk berkurban.
Dengan tekad yang kuat, Mbah Wuh menyisihkan sebagian dari Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang diterimanya. Uang tersebut ia tabung sedikit demi sedikit hingga akhirnya mampu membeli seekor kambing betina seharga Rp 2 juta. Kambing itu ia rawat dengan penuh kasih sayang hingga beranak-pinak.
Ketika anak-anak kambingnya tumbuh dewasa dan melahirkan lagi, Mbah Wuh meniatkan kambing jantan untuk dikurbankan. Ia telah melakukannya sebanyak dua kali, dan tahun ini merupakan kali ketiga ia berkurban di Masjid At Taqwa. Kurban tersebut ia niatkan untuk kedua orang tuanya dan untuk dirinya sendiri, karena ia tidak memiliki anak.
"Kan niatnya (kurban). Saya tidak punya anak. Duit buat apa? Dipakai untuk kurban saja. Orang tua, sama saya," ungkap Mbah Wuh dengan suara lirih, menunjukkan betapa besar cintanya kepada orang tua dan betapa tulus niatnya untuk beribadah.
Bagi Mbah Wuh, menyisihkan sebagian rezekinya untuk berkurban tidak membuatnya kekurangan. Ia percaya bahwa yang terpenting adalah masih bisa makan dan mencukupi kebutuhan sehari-hari. Semangatnya yang tak pernah padam dan ketulusan hatinya menjadi inspirasi bagi banyak orang di sekitarnya.
Purwanto, keponakan Mbah Wuh, mengungkapkan bahwa bibinya sangat aktif mengurus kandang kambing dari pagi hingga sore. Selain itu, Mbah Wuh juga menjual gas melon isi ulang untuk menambah penghasilannya. Kegigihannya dalam bekerja dan beribadah patut diacungi jempol.
Kisah Mbah Wuh adalah cermin dari keteguhan hati, kesederhanaan, dan ketulusan dalam beribadah. Di tengah keterbatasan ekonomi, ia tetap mampu memberikan yang terbaik untuk orang tua dan untuk agamanya. Semoga kisah inspiratif ini dapat memotivasi kita semua untuk selalu berbuat baik dan berkurban, sekecil apapun itu.