SMAN 5 Kota Komba NTT Gelar Festival Kolo: Menghidupkan Kembali Tradisi Kuliner Nenek Moyang
Di tengah derasnya arus modernisasi, Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 5 Kota Komba, yang terletak di Kampung Ketang, Desa Golo Tolang, Kecamatan Kota Komba Utara, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur, menggelar sebuah acara unik dan sarat makna: festival memasak Kolo. Kegiatan ini menjadi upaya nyata dalam melestarikan warisan kuliner leluhur yang hampir terlupakan.
Lebih dari sekadar demonstrasi memasak, festival ini merupakan perayaan budaya yang melibatkan seluruh siswa dalam pengalaman langsung mencintai tradisi lokal. Halaman sekolah dipenuhi dengan keceriaan dan semangat para siswa yang bergotong royong menyiapkan berbagai bahan. Beras lokal pilihan, santan segar yang baru diperas, daun pisang yang harum, dan tentu saja, bambu muda yang telah dibersihkan, menjadi elemen utama dalam proses pembuatan Kolo.
Dengan penuh antusiasme, para siswa belajar teknik memasak nasi di dalam bambu. Mereka memasukkan campuran beras dan santan ke dalam ruas bambu, menutupnya rapat dengan daun pisang, dan kemudian membakarnya di atas bara api yang membara. Para guru dan staf sekolah dengan sabar mendampingi, memastikan setiap langkah dilakukan dengan cermat dan penuh kehati-hatian.
Kehadiran tokoh masyarakat dan adat, termasuk anggota DPRD Manggarai Timur, Elvis Jehama, semakin memeriahkan acara ini. Dalam sambutannya, Elvis Jehama menyampaikan apresiasinya terhadap inisiatif sekolah dalam mengenalkan budaya lokal kepada generasi muda. Beliau menekankan pentingnya pendidikan karakter yang berlandaskan pada nilai-nilai tradisional, terutama di era globalisasi yang seringkali mengikis identitas budaya.
Sebelum proses memasak Kolo dimulai, Antonius Eras, tokoh adat Desa Golo Tolang, melaksanakan sebuah ritual adat yang sakral. Dengan menggunakan sebutir telur ayam kampung, beliau memohon restu dan izin kepada alam semesta dan para leluhur agar seluruh proses berjalan lancar dan aman. Pemecahan telur tersebut menjadi simbol persembahan kepada para leluhur dan alam semesta.
Menurut Garsi Nana, koordinator kegiatan, Kolo bukan sekadar makanan. Lebih dari itu, Kolo adalah simbol kebersamaan, tradisi, dan kearifan lokal. Ia menekankan pentingnya menjaga warisan leluhur ini agar tidak hilang ditelan zaman. Budaya, menurutnya, bukan hanya tentang tarian atau bahasa, tetapi juga tentang kebiasaan hidup yang mencerminkan identitas sebuah komunitas.
Laura, Ketua OSIS SMAN 5, mengungkapkan pengalamannya mengikuti kegiatan ini. Ia mengaku bahwa biasanya hanya menikmati Kolo saat acara adat, namun kali ini ia berkesempatan untuk belajar membuatnya sendiri dari awal. Pengalaman ini membuatnya merasa bangga dan semakin mencintai tradisi daerahnya.
Keunikan Kolo terletak pada proses pembuatannya yang sangat tradisional. Beras lokal dicuci bersih, dicampur dengan santan kelapa segar, garam, dan kadang-kadang ditambahkan daun salam atau serai untuk menambah aroma. Campuran ini kemudian dimasukkan ke dalam ruas bambu muda, ditutup dengan daun pisang, dan dibakar di atas bara api.
Proses pembakaran ini membutuhkan kesabaran dan keahlian khusus agar nasi matang merata tanpa gosong. Aroma khas bambu yang terbakar bercampur dengan wangi nasi dan santan menciptakan pengalaman kuliner yang tak terlupakan. Hasilnya adalah nasi pulen dengan cita rasa gurih yang lembut, dihiasi dengan aroma alami bambu yang menggugah selera. Sensasi ini sulit ditemukan pada hidangan lain, menjadikan Kolo sebagai warisan kuliner yang sangat autentik.
Kepala Sekolah SMAN 5, Marselinus Junardi, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan wujud pembelajaran yang membumi. Sekolah tidak hanya ingin mencetak siswa yang cerdas secara akademik, tetapi juga siswa yang bangga akan identitas budayanya. Kegiatan memasak Kolo ini menjadi bukti nyata bahwa SMAN 5 Kota Komba berkomitmen untuk melestarikan warisan leluhur di tengah arus modernisasi.
-
Bahan-bahan membuat Kolo:
- Beras Lokal
- Santan Segar
- Daun Pisang
- Bambu Muda
-
Proses Pembuatan Kolo:
- Campurkan beras lokal dengan santan segar, garam, dan bumbu lainnya.
- Masukkan campuran ke dalam ruas bambu muda.
- Tutup ruas bambu dengan daun pisang.
- Bakar di atas bara api hingga matang.
Festival Kolo di SMAN 5 Kota Komba menjadi napas segar dalam upaya menjaga tradisi tetap hidup, relevan, dan dicintai oleh generasi muda.