Penghargaan Benyamin S Award: Rano Karno Terharu Kenang Sosok Sang Legenda Betawi
Jakarta bergejolak emosi saat Wakil Gubernur Rano Karno menghadiri peresmian Benyamin S Award, sebuah ajang penghargaan kebersihan antar wilayah di ibu kota. Acara yang berlangsung di Balai Kota itu menjadi momen mengharukan bagi Rano, yang tak kuasa menahan air mata saat nama Benyamin Sueb, legenda Betawi yang juga sahabatnya, diabadikan sebagai nama penghargaan.
Suasana haru menyelimuti Ruang Pola Balai Kota. Rano, yang diminta untuk memberikan sambutan, awalnya menolak karena khawatir tak mampu mengendalikan emosinya. Namun, ia akhirnya memberanikan diri maju ke podium. Saat mencoba berbicara, suaranya tercekat dan matanya berkaca-kaca. Biem Benyamin, putra almarhum Benyamin Sueb, hadir untuk memberikan dukungan dan pelukan hangat kepada Rano.
"Atas izin Pak Gubernur, saya diminta meresmikan. Tadinya Pak Gub minta saya memberikan sambutan, saya enggak mau. Pasti mata ngembeng... Tuh kan nangis ini," ungkap Rano dengan suara bergetar.
Rano dan Benyamin Sueb memiliki kedekatan yang erat, terutama melalui sinetron legendaris Si Doel Anak Sekolahan. Dalam sinetron tersebut, Rano berperan sebagai Doel, seorang pemuda Betawi yang cerdas dan sederhana, sementara Benyamin memerankan Sabeni, ayah Doel yang dikenal dengan celetukan khas Betawinya. Keduanya berhasil menciptakan karakter yang ikonik dan melekat di hati masyarakat.
Rano mengenang salah satu adegan dalam sinetron tersebut, di mana Benyamin memberikan nasihat kepada Doel agar menjadi orang yang bermanfaat bagi Jakarta, kota kelahiran mereka. Pesan itu kini terasa seperti doa yang menjadi kenyataan, mengingat Rano kini menjabat sebagai Wakil Gubernur Jakarta.
"Artinya berhasil lah dia, mimpi berdua sama si Doel, duduk di atas sampah mikirin tentang Jakarta. Dialognya kira-kira, ‘Doel gua enggak mau lihat lo jadi tukang buah, jadi tukang gelasan, jadi jadi calo tanah, gua mau elu Doel jadi wakil gubernur’ Kalau Gubernur gua enggak berani nyebut," kenang Rano sambil tersenyum.
Momen lain yang tak terlupakan adalah ketika Rano dan Gubernur Pramono Anung melewati Jalan Benyamin Sueb saat menuju debat Pilkada. Saat itulah, ide untuk mengabadikan nama Benyamin dalam sebuah penghargaan muncul. Rano berharap penghargaan ini dapat menjadi pengingat akan jasa-jasa Benyamin bagi Jakarta.
"Saya bilang, 'Mas ini kalau gini insyaallah, Allah jabah, boleh juga nih kita pakai nama dia, supaya abadi.' Karena inilah istilahnya, gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama," jelas Rano.
Lebih lanjut, Rano mengusulkan agar nama-nama tokoh Jakarta diabadikan dalam fasilitas publik, seperti rumah sakit. Hal ini sebagai bentuk penghargaan atas kontribusi mereka bagi kota Jakarta. Ia bahkan berseloroh agar namanya juga diabadikan di salah satu rumah sakit di Jakarta.
"Belum tentu ntar saya mati, nama saya dipakai di Pemprov DKI. Makanya saya izin sama Pak Gub, 'Pak Gub rumah sakit daerah di Jakarta ini namain saja tokoh-tokoh Jakarta.' Mudah-mudahan kalau kita enggak ada, Rumah Sakit Pramono Anung. Rumah Sakit Rano Karno. Ya kan?" pungkas Rano.