Semen Gresik Rembang Hentikan Produksi, Puluhan Pekerja Terpaksa Dirumahkan Akibat Sengketa Aset Desa

Pabrik Semen Gresik di Rembang, Jawa Tengah, dilaporkan menghentikan sementara operasionalnya sejak awal Juni 2025, mengakibatkan puluhan pekerja dirumahkan. Keputusan ini diduga kuat sebagai dampak dari terganggunya pasokan bahan baku utama, yang disebabkan oleh pemblokiran jalan akses oleh Pemerintah Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem.

Jalan yang menjadi sengketa ini merupakan jalur vital bagi pengangkutan bahan baku menuju pabrik. Pemerintah Desa Tegaldowo mengklaim bahwa jalan tersebut adalah aset desa berdasarkan dua putusan pengadilan. Namun, pihak pabrik semen disebut mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung atas putusan tersebut, sehingga status kepemilikan jalan masih belum final dan berada dalam proses hukum.

Kepala Desa Tegaldowo, Kundari, menjelaskan bahwa pihaknya tidak melakukan penutupan total jalan. Ia mengklaim bahwa jalan tersebut masih dapat dilalui kendaraan kecil dengan lebar tiga meter. Kundari menekankan bahwa setiap pemanfaatan aset desa harus mengikuti prosedur hukum yang berlaku dan dilakukan secara transparan. Ia juga membenarkan adanya penghentian sementara aktivitas pabrik semen, yang secara langsung berdampak pada warganya yang bekerja di sana.

"Informasinya memang sudah berhenti sementara, dan tentunya ada masyarakat sini yang bekerja di sana," ujar Kundari.

Imbas dari penghentian operasional ini, setidaknya 89 warga Desa Tegaldowo dilaporkan mengalami kehilangan pekerjaan sementara. Mereka kini terpaksa mencari alternatif penghidupan, seperti bertani atau membantu orang tua.

"Itu mereka saat ini di rumah, ada yang menganggur, atau bercocok tanam, ada yang bantu orang tuanya," ungkapnya.

Tidak hanya warga Tegaldowo, warga Desa Ngampel di Kecamatan Blora, Kabupaten Blora, juga merasakan dampak serupa. Kepala Desa Ngampel, Mohamad Astiadi Maryanto, mengungkapkan bahwa sejumlah warganya yang bekerja di pabrik tersebut juga dirumahkan. Ia mengakui adanya keluhan dari warganya terkait situasi ini, namun berharap akan ada solusi terbaik bagi semua pihak.

"Terkait tenaga kerja kami yang ada di PT Semen Gresik, dengan adanya isu karyawan sementara dirumahkan, memang ada beberapa keluhan. Tapi insyaallah semua itu ada solusinya," kata Astiadi.

Meski belum memiliki data pasti mengenai jumlah warga Ngampel yang terdampak, Astiadi memperkirakan jumlahnya mencapai puluhan orang. Beberapa dari mereka mulai mengikuti pelatihan keterampilan, seperti pengelasan, sebagai upaya untuk mengisi waktu luang dan meningkatkan kompetensi.

"Yang pada bengong di rumah akhirnya dia ikut tadi untuk kegiatan pelatihan ngelas," jelasnya.

Astiadi mengaku belum mengetahui secara detail penyebab pasti penghentian operasional pabrik. Namun, ia berharap agar persoalan antara pabrik dan desa dapat segera diselesaikan agar pabrik dapat beroperasi kembali dan warga dapat kembali bekerja.

"Untuk permasalahan seperti apa saya belum tahu. Ya semoga saja untuk kendala yang dihadapi Semen Gresik segera cair dan bisa beroperasi kembali," pungkasnya.

Pihak PT Semen Gresik belum memberikan keterangan resmi terkait pemberitaan ini hingga saat ini.