Rumah Subsidi 18 Meter Persegi: Solusi Hunian Mungil atau Tantangan Kualitas Hidup?

Pemerintah tengah mempertimbangkan perubahan signifikan dalam aturan rumah subsidi, yakni pengurangan luas minimal bangunan menjadi 18 meter persegi. Wacana ini memicu diskusi mengenai kelayakan dan kualitas hidup di hunian dengan luas terbatas.

Jika saat ini rumah subsidi memiliki luas 21 hingga 36 meter persegi, biasanya mencakup dua kamar tidur, satu kamar mandi, ruang tamu, dapur yang terintegrasi dengan area jemur di belakang, serta halaman depan yang cukup untuk parkir kendaraan. Lalu bagaimana dengan rumah subsidi seluas 18 meter persegi?

Ketua Umum DPP Asprumnas, Muhammad Syawali Pratna, menggambarkan rumah tipe 18 sebagai apartemen studio tanpa kamar tidur terpisah. Walaupun demikian, hunian ini tetap memungkinkan adanya kamar mandi, dapur, area jemur, dan halaman kecil karena luas tanahnya lebih besar dari luas bangunan.

"Jadi, tidak ada kamar," ujar Syawali. Ia mencontohkan apartemen studio seluas 18 meter persegi sebagai gambaran dari tipe rumah ini.

Kamar mandi menjadi satu-satunya ruangan tertutup di dalam rumah, dengan ukuran sekitar 1,2 x 1,5 meter. Dapur akan berada di area belakang, menyatu dengan ruang jemur. Menurut Syawali, rumah ini masih layak huni bagi pasangan tanpa anak. Namun, dengan luas ideal 9 meter persegi per orang, tipe 18 kurang ideal bagi keluarga yang memiliki anak. Bahkan jika rumah diperluas ke samping, lahan yang tersedia tetap terbatas karena luas minimal lahan adalah 25 meter persegi.

"Kalau pun dikembangkan ke samping, anaknya kenanya cuma 25 meter. Tidak bisa, kan?," tegasnya.

Syawali menambahkan, luas minimal yang dibutuhkan untuk memiliki kamar tidur adalah 21 meter persegi. Dengan luas tersebut, kamar tidur berukuran sekitar 2,5 x 2,5 meter dapat dibangun. Selain kamar, masih ada ruang tersisa untuk ruang tamu, ruang makan, kamar mandi, ruang jemur, dan area memasak.

Arsitek Denny Setiawan juga berpendapat bahwa rumah tipe 18 mirip dengan apartemen studio. Ia merasa bahwa luas 18 meter persegi sangat kecil. Ia menjelaskan bahwa apartemen studio pun memiliki luas antara 21 hingga 29 meter persegi.

Dengan luas yang terbatas, pembuatan kamar tidur tertutup dan ruang keluarga atau ruang tamu menjadi sulit. Dapur masih memungkinkan untuk dibuat semi-outdoor di belakang, berbagi ruang dengan area jemur. Denny menyarankan agar area belakang memiliki ventilasi yang baik untuk pencahayaan dan sirkulasi udara.

Kamar mandi akan menjadi satu-satunya ruang tertutup, dengan ukuran sekitar 1x2 meter yang hanya cukup untuk kloset, shower, dan ember.

Denny menekankan perlunya desain bangunan yang kreatif dan berbeda dari rumah subsidi biasa. Menurutnya, tinggal di rumah kecil memiliki banyak tantangan, bukan hanya soal kelayakan. Pemerintah perlu menjamin bahwa hunian yang ditempati warga negara layak dan berkualitas, meskipun luasnya terbatas.

"Ini bukan cuma masalah mengecilkan luasan, tapi membuat luasannya jadi efektif. Hunian itu memang boleh mengecil, tapi secara kualitas, dia tidak boleh tereduksi," kata Denny.

Denny mencontohkan Jepang sebagai negara yang memiliki banyak rumah tipe 18 karena keterbatasan lahan. Di sana, rumah tipe ini dikenal sebagai compact house, umumnya berbentuk apartemen dengan jumlah lantai terbatas, di mana setiap lantai dihuni oleh beberapa keluarga.

"Jepang juga menghadapi masalah yang sama bahwa lahan itu sudah sempit dan mereka harus berpikir kreatif tentang bagaimana menyiasati mahalnya harga bangunan. Mereka punya konsep namanya compact house," jelasnya.

Rencana pengurangan luas rumah subsidi ini tertuang dalam draf Keputusan Menteri PKP Nomor/KPTS/M/2025. Draf tersebut mengatur batasan luas lahan, luas lantai, dan harga jual rumah dalam pelaksanaan Kredit/Pembiayaan Perumahan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan, serta besaran Subsidi Bantuan Uang Muka Perumahan.

Menteri PKP Maruarar Sirait (Ara) menilai bahwa luas lahan rumah subsidi 18 meter persegi sesuai dengan kebutuhan dan ketersediaan lahan yang semakin terbatas. Ia yakin bahwa dengan desain yang baik, rumah subsidi dapat dibangun bertingkat dan sesuai dengan kebutuhan konsumen meskipun lahannya terbatas.

"Sekarang saya mau lihat desain-desainnya. Bisa buat tingkat tidak? Soalnya tanahnya kan mahal. Masa kita kalah dari masalah? Kalau tanahnya mahal, selama ini ruang bisa dibangun tingkat jadi kita jangan mau kalah dari masalah? Desain-desain rumahnya dari dulu gitu-gitu aja. Kita bikin desain yang bagus. Nanti tunggu kejutannya. Saya akan expose desain-desain rumah yang bagus," ujarnya.