Gagasan Sekolah Bambu Dedi Mulyadi: Analisis Keunggulan dan Tantangan dari Perspektif Arsitektur ITB
Gagasan pembangunan sekolah dengan material bambu yang diinisiasi oleh Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, mendapat tanggapan positif dari kalangan akademisi. Andry Widyowijatnoko, seorang dosen dari Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK) ITB, menilai bahwa ide ini sangat mungkin diwujudkan, mengingat potensi Jawa Barat sebagai salah satu produsen bambu terbesar di Indonesia.
Potensi ini didukung oleh ketersediaan bambu yang melimpah di berbagai daerah seperti Sumedang, Cianjur, Garut, Sukabumi, dan Tasikmalaya. Lebih lanjut, Andry menjelaskan berbagai keunggulan bambu sebagai material konstruksi, termasuk ketahanannya terhadap gempa, sifatnya yang ramah lingkungan, dan potensi biaya produksi yang lebih rendah dibandingkan beton.
Keunggulan Bambu dalam Konstruksi
- Ketahanan Gempa: Bambu memiliki fleksibilitas tinggi, memungkinkannya untuk kembali ke bentuk semula setelah mengalami guncangan. Sifat ini menjadikannya material yang lebih efektif dalam menahan gempa dibandingkan beton.
- Ramah Lingkungan: Pemanfaatan bambu sebagai material bangunan mendukung prinsip keberlanjutan karena bambu merupakan sumber daya alam yang cepat tumbuh dan dapat diperbaharui.
- Potensi Biaya Produksi Lebih Rendah: Meskipun saat ini biaya produksi bangunan bambu belum jauh berbeda dengan beton karena industri yang belum mapan, Andry meyakini bahwa dengan pengembangan industri kerakyatan dan skala produksi yang lebih besar, biaya dapat ditekan secara signifikan.
Tantangan dan Pertimbangan Teknis
Kendati demikian, Andry juga menekankan pentingnya memperhatikan beberapa aspek teknis untuk memastikan bangunan bambu dapat berdiri kokoh dan tahan lama. Bangunan bambu dapat bertahan puluhan hingga ratusan tahun. Namun, bambu tidak boleh terpapar matahari dan hujan secara langsung.
- Fondasi yang Tepat: Meskipun bambu memiliki bobot yang ringan, fondasi bangunan tetap harus kuat. Andry menyarankan penggunaan beton setinggi 20 sentimeter pada bagian fondasi untuk mencegah kontak langsung bambu dengan tanah yang dapat mengurangi keawetannya.
- Perawatan yang Intensif: Dibandingkan beton, bangunan bambu memerlukan perawatan yang lebih rumit, terutama dalam pembersihan bilah-bilahnya.
- Pengawetan yang Tepat: Proses pengawetan bambu dengan bahan kimia seperti zat asam atau borat acid memegang peranan penting untuk melindunginya dari serangan hama dan memperpanjang umur pakainya.
Studi Kasus dan Potensi Jawa Barat
Andry mencontohkan beberapa bangunan bambu yang telah berhasil dibangun di Indonesia, seperti The Great Hall dan Bangunan Kantor di Outward Bound Indonesia (OBI) Eco Campus, Jatiluhur, Purwakarta. Hal ini menunjukkan bahwa insinyur di Jawa Barat memiliki kemampuan yang memadai untuk membangun bangunan dari bambu.
Ketersediaan bahan baku bambu yang melimpah di Jawa Barat juga menjadi modal penting dalam mewujudkan gagasan sekolah bambu. Dengan sumber daya manusia yang kompeten dan ketersediaan bahan baku yang memadai, Jawa Barat memiliki potensi besar untuk mengembangkan konstruksi bambu sebagai solusi arsitektur yang berkelanjutan dan tahan gempa.