Dama Kara: Transformasi Bisnis dari Kehilangan Menuju Fashion Inklusif yang Berdampak Sosial

Kebangkitan Dama Kara dari Abu: Kisah Inspiratif Nurdini Prihastiti

Peristiwa nahas di tahun 2019 menjadi titik balik yang mengubah haluan hidup Nurdini Prihastiti, seorang pengusaha konveksi seragam sekolah. Kapal yang mengangkut pesanan besar miliknya mengalami kebakaran di Laut Masalembu, menyisakan kerugian besar dan trauma mendalam. Namun, di tengah keterpurukan itu, Nurdini menemukan makna baru dalam berbisnis, sebuah panggilan untuk memberikan manfaat yang lebih besar bagi sesama. Lahirlah Dama Kara, sebuah brand fashion inklusif yang tidak hanya mengejar keuntungan, tetapi juga memberdayakan anak-anak berkebutuhan khusus dan perempuan di desa-desa terpencil.

Filosofi Dama Kara: Kebajikan dan Kebermanfaatan

Nama "Dama Kara" mengandung filosofi mendalam. "Dama" berarti kebajikan, sementara "Kara" diambil dari kelapa, yang setiap bagiannya bermanfaat. Nurdini berharap Dama Kara dapat menjadi seperti kelapa, memberikan manfaat bagi banyak orang melalui setiap produk dan aktivitasnya.

Ruang Ekspresi bagi Anak Berkebutuhan Khusus

Salah satu pilar utama Dama Kara adalah menyediakan ruang bagi anak-anak berkebutuhan khusus untuk mengekspresikan diri melalui seni. Terinspirasi oleh Iris Grace, seorang seniman muda autis asal Inggris, Nurdini meyakini bahwa menggambar bukan hanya aktivitas kreatif, tetapi juga terapi yang membantu anak-anak berkebutuhan khusus mengembangkan kemampuan mereka. Dama Kara bekerja sama dengan yayasan-yayasan untuk menyediakan fasilitas menggambar gratis, lengkap dengan pendampingan dari guru-guru khusus. Karya-karya anak-anak ini kemudian diintegrasikan ke dalam desain produk Dama Kara, memberikan mereka royalti dan pengakuan atas bakat mereka.

Memberdayakan Komunitas Marginal: Seni Sashiko dan Ibu-Ibu Desa

Selain anak-anak berkebutuhan khusus, Dama Kara juga memberdayakan teman-teman disabilitas dan ibu-ibu dari desa-desa terpencil. Mereka diajak untuk menciptakan desain sashiko, seni menjahit tradisional dari Jepang, yang diaplikasikan pada produk-produk fashion Dama Kara. Nurdini bekerja sama dengan Salma, seorang kreator tuli, untuk menghasilkan desain sashiko yang unik dan indah. Proses produksi dilakukan secara kolaboratif, melibatkan berbagai pihak untuk menciptakan produk yang bernilai tinggi dan berdampak sosial.

Diplomat Success Challenge: Katalis Pertumbuhan Dama Kara

Perjalanan Dama Kara tidak selalu mulus. Nurdini menghadapi berbagai tantangan, termasuk kesulitan mencari yayasan yang sejalan dengan visinya. Namun, pada tahun 2023, Dama Kara mendapatkan kesempatan emas untuk mengikuti Diplomat Success Challenge (DSC) dari Wismilak. Dengan proposal bisnis yang kuat, Dama Kara berhasil meraih juara 3 dan mendapatkan dana hibah serta pendampingan bisnis. Dukungan dari DSC menjadi katalis bagi pertumbuhan Dama Kara, memungkinkan mereka untuk membuka dua toko offline di Bandung, memperluas jangkauan ke lebih banyak anak berkebutuhan khusus, dan meningkatkan penjualan secara signifikan.

Visi Masa Depan: Menebar Manfaat yang Lebih Luas

Nurdini memiliki visi yang besar untuk Dama Kara. Ia berharap dapat menjangkau lebih banyak anak berkebutuhan khusus, memberdayakan perempuan di desa-desa terpencil, dan terus menebar kebermanfaatan melalui setiap produk dan aktivitasnya. Dama Kara adalah bukti bahwa bisnis dapat menjadi kekuatan untuk kebaikan, menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan.

Nilai yang dianut Dama Kara

Berikut adalah nilai yang dianut oleh Dama Kara:

  • Kebajikan
  • Kebermanfaatan
  • Inklusif
  • Kolaborasi
  • Pemberdayaan