Impian Terjebak Antrean: Kisah Pilu Pencari Kerja di Tengah Minimnya Lowongan

Di balik gemerlap acara job fair yang menjanjikan, tersembunyi kisah perjuangan para pencari kerja yang tabungannya kian menipis. GOR Tanjung Duren menjadi saksi bisu harapan yang membumbung tinggi, namun tak jarang berujung pada kekecewaan.

Dena (26), seorang pencari kerja asal Gambir, merasakan betul getirnya kehidupan saat ini. Sejak kehilangan pekerjaannya sebagai office boy (OB) sebulan lalu, ia harus memutar otak untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tabungan menjadi satu-satunya andalan, namun jumlahnya tak seberapa dan terus berkurang setiap harinya.

"Ya untuk sehari-hari masih ada lah tabungan kemarin. Ya inginnya sih bulan-bulan ini atau sampai bulan depan lah sudah dapat pekerjaan ya. Ya biar mulai bulan depannya lagi sudah nggak ngambil dari tabungan," ungkap Dena, dengan nada penuh harap.

Di job fair tersebut, Dena tak hanya melamar sebagai cleaning service, namun juga berencana mengikuti pelatihan di bidang perhotelan. Ia tak ingin menyerah, meskipun persaingan sangat ketat. Selain job fair, Dena juga aktif mencari lowongan secara daring dan menitipkan CV ke berbagai perusahaan dan yayasan penyalur tenaga kerja.

Namun, pekerjaan serabutan sebagai OB harian tak bisa diandalkan karena tidak menentu. "Itu kan ada teman dari penyalur kerja gitu ya, dia ada nih buat backup-backup OB kantor gitu. Jadi ya gitu, kadang ada kadang nggak. Kan saya bingung ya daripada kadang ada kadang nggak, ya saya datang ke Job Fair seperti ini biar ada kontrak lah," papar Dena.

Kisah serupa dialami M. Nur (49), yang telah menganggur sejak November 2024 akibat efisiensi perusahaan. Ia datang ke job fair bersama anaknya yang juga tengah mencari pekerjaan. Sejak terkena PHK, Nur telah mengirimkan lamaran ke berbagai perusahaan, namun belum ada satu pun yang memanggilnya.

Untuk bertahan hidup, Nur terpaksa menggunakan dana pensiun dan uang pesangon dari pekerjaan sebelumnya. Ia berharap dapat segera mendapatkan pekerjaan, setidaknya sebelum November 2025, agar tidak terus-menerus menggerogoti tabungannya. Bersama anaknya, dia berjuang mencari kesempatan di tengah ketatnya persaingan.

Kisah Dena dan Nur hanyalah sebagian kecil dari ribuan pencari kerja yang berjuang di tengah kondisi ekonomi yang sulit. Mereka datang ke job fair dengan harapan besar, namun tak jarang pulang dengan tangan hampa. Tabungan yang semakin menipis menjadi momok yang menghantui setiap hari. Mereka adalah potret buram dari realitas pasar kerja yang semakin kompetitif dan tak ramah bagi mereka yang kurang beruntung.

Berikut adalah beberapa usaha yang dilakukan oleh para pencari kerja:

  • Mencari lowongan kerja di job fair
  • Mencari lowongan kerja secara daring
  • Mengikuti pelatihan kerja
  • Bekerja serabutan
  • Menitipkan CV ke perusahaan dan yayasan penyalur tenaga kerja