Menyoal Konsistensi Negara-Negara Eropa dalam Isu Energi Bersih, Menteri Bahlil Singgung Praktik 'Abuleke'

Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, melontarkan kritik pedas terhadap inkonsistensi beberapa negara Eropa terkait isu energi bersih. Dalam sebuah forum diskusi, Bahlil menyoroti adanya praktik di mana negara-negara tersebut secara aktif mendorong Indonesia untuk meninggalkan penggunaan batu bara, namun di sisi lain, mereka sendiri masih mengimpor komoditas tersebut dari Indonesia.

"Ada satu fenomena menarik, negara-negara tertentu di Eropa teriak lantang soal energi bersih, bahkan menyarankan kita untuk berhenti menggunakan batu bara. Tapi, faktanya, mereka tetap membeli batu bara dari kita," ungkap Bahlil dalam forum Human Capital Summit 2025 yang diselenggarakan di Jakarta, Selasa (3/6/2024).

Bahlil tidak menyebutkan secara spesifik negara mana yang ia maksud. Namun, ia menyindir praktik tersebut dengan istilah "abuleke," sebuah kata dari bahasa Ambon yang berarti pembual atau penipu. Ia menduga bahwa negara-negara Eropa tersebut menginginkan akses terhadap energi murah, sementara Indonesia dipaksa untuk menggunakan energi yang lebih mahal.

"Ini kan aneh. Mereka melarang kita menggunakan batu bara, tapi mereka sendiri membutuhkannya dari kita. Jadi, kita dipaksa menggunakan energi mahal, sementara mereka menikmati energi murah. Lalu, mereka mengkampanyekan bahwa energi murah itu kotor. Saya tidak setuju! Mau kotor, mau bersih, yang terpenting adalah kita harus mempertahankan kedaulatan energi nasional," tegas Bahlil.

Lebih lanjut, Bahlil menepis anggapan bahwa transisi energi di Indonesia berjalan lambat. Ia menjelaskan bahwa dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) terbaru, pemerintah telah berkomitmen untuk meningkatkan proporsi energi baru terbarukan (EBT) hingga 71% dari total sumber energi nasional.

"Banyak yang bilang transisi energi kita lambat. Padahal, dalam RUPTL yang baru, 71% energi kita akan berasal dari energi baru terbarukan," pungkas Bahlil.

Berikut adalah beberapa poin penting yang diungkapkan oleh Menteri Bahlil:

  • Kritik terhadap Inkonsistensi Eropa: Negara-negara Eropa mendorong Indonesia untuk meninggalkan batu bara, tetapi masih mengimpornya.
  • Istilah "Abuleke": Menyindir praktik tersebut sebagai tindakan membual atau menipu.
  • Kedaulatan Energi Nasional: Menekankan pentingnya mempertahankan kedaulatan energi nasional, terlepas dari isu energi bersih.
  • Komitmen Transisi Energi: Menegaskan komitmen Indonesia dalam transisi energi melalui peningkatan proporsi EBT dalam RUPTL terbaru.