Perjalanan Pasien Ginjal: Pengalaman dan Gejala dari Stadium Awal Hingga Akhir
Penyakit ginjal dapat menyerang siapa saja, tanpa memandang usia. Organ vital ini, yang bertugas menyaring limbah dan kelebihan cairan dari tubuh, juga memainkan peran kunci dalam menjaga keseimbangan vitamin dan mineral, mengatur tekanan darah, dan menghasilkan hormon penting untuk produksi sel darah merah. Ketika ginjal mengalami kerusakan atau gangguan, berbagai fungsi tubuh dapat terganggu.
Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit ginjal, termasuk diabetes, hipertensi, obesitas, riwayat keluarga dengan penyakit ginjal, dan batu ginjal. Mengenali tanda-tanda awal dan memahami perkembangan penyakit ginjal sangat penting untuk penanganan yang tepat.
Berikut adalah kisah beberapa pasien yang mengalami penyakit ginjal pada berbagai stadium, beserta gejala yang mereka alami:
Stadium 1: Deteksi Dini dan Pencegahan
Pada stadium awal ini, fungsi ginjal umumnya masih normal, dengan tingkat eGFR (laju filtrasi glomerulus) 90 atau lebih tinggi. Meskipun demikian, mungkin sudah ada indikasi kerusakan ginjal, seperti protein atau darah dalam urine, batu ginjal, atau kelainan lain yang terdeteksi melalui pemeriksaan medis.
Lily, seorang gadis berusia 12 tahun, didiagnosis dengan penyakit ginjal kronis stadium awal pada usia enam tahun setelah menjalani USG rutin. Ia lahir dengan kelainan genetik yang memengaruhi telinga dan fungsi ginjalnya. Ibunya, Asha, menjelaskan bahwa Lily secara rutin memeriksakan ginjalnya setiap empat hingga enam bulan dan telah belajar untuk memperhatikan perasaannya dan membuat pilihan yang baik untuk tubuhnya. Dengan gaya hidup sehat, Lily dan keluarganya berharap dapat memperlambat perkembangan penyakit ginjalnya.
Stadium 2: Mengelola Penyakit dengan Optimisme
Pada stadium 2, pasien mungkin sudah menunjukkan tanda-tanda kerusakan ginjal selama tiga bulan atau lebih, meskipun seringkali tidak merasakan gejala yang jelas.
Lukas didiagnosis dengan penyakit ginjal stadium dua pada usia 14 tahun setelah menjalani perawatan di rumah sakit akibat sengatan panas. Ia tidak menyerah pada diagnosisnya, tetapi justru menggunakannya sebagai motivasi untuk menjalani hidup sepenuhnya. Lukas mengubah gaya hidupnya, mengonsumsi obat-obatan yang diresepkan, dan secara teratur memantau kondisinya. Setelah 15 tahun, ia masih berada di stadium dua dan merasa lebih sehat daripada saat pertama kali didiagnosis.
Stadium 3: Pemantauan dan Penyesuaian Gaya Hidup
Stadium 3 dibagi menjadi 3a dan 3b, yang menunjukkan tingkat kehilangan fungsi ginjal yang berbeda. Gejala pada stadium 3a meliputi perubahan frekuensi buang air kecil, kulit gatal, kelelahan, mual, kehilangan nafsu makan, dan penurunan berat badan yang tidak disengaja.
Janet didiagnosis dengan penyakit ginjal stadium 3a setelah bersikeras untuk melakukan tes ulang menggunakan rumus eGFR yang lebih akurat. Ia mengalami tekanan darah tinggi, anemia, dan urine berbusa, yang merupakan indikator masalah ginjal. Dengan mengonsumsi obat-obatan dan mengubah gaya hidupnya, Janet berhasil mempertahankan fungsi ginjalnya pada stadium 3a selama bertahun-tahun.
Gejala pada stadium 3b meliputi:
- Perubahan frekuensi buang air kecil
- Kulit gatal atau kering
- Kelelahan
- Kesulitan berkonsentrasi
- Mati rasa atau bengkak di lengan, kaki, pergelangan kaki, atau telapak kaki
- Nyeri otot atau kram
- Sesak napas
- Mual dan muntah
- Kehilangan selera makan
Stadium 4: Risiko Gagal Ginjal Meningkat
Pada stadium 4, fungsi ginjal sudah sangat berkurang, meningkatkan risiko gagal ginjal dan penyakit jantung.
Jessica mengalami penyakit ginjal stadium 4 setelah menjalani dialisis darurat akibat penyakit lupusnya. Ia mengubah gaya hidupnya dengan mengonsumsi makanan rendah asam, berolahraga, dan minum obat. Fungsi ginjalnya sempat membaik ke stadium 3 dan ia berhenti dialisis. Namun, setelah terinfeksi COVID-19, fungsi ginjalnya kembali memburuk dan ia kembali didiagnosis dengan penyakit ginjal stadium 4. Jessica sedang mempersiapkan diri untuk dialisis di masa mendatang dan tetap optimis untuk mendapatkan transplantasi ginjal.
Stadium 5: Gagal Ginjal dan Dialisis
Stadium 5 adalah tahap akhir penyakit ginjal, di mana ginjal berfungsi kurang dari 15 persen dari kapasitas normalnya. Pada tahap ini, pasien membutuhkan dialisis atau transplantasi ginjal untuk bertahan hidup.
Christina didiagnosis dengan penyakit ginjal ringan saat remaja. Kondisinya memburuk menjadi gagal ginjal setelah ia mengalami preeklamsia dan tekanan darah tinggi yang berbahaya saat hamil. Setelah dua kali gagal transplantasi ginjal, Christina memutuskan untuk menjalani dialisis di rumah. Ia menekankan bahwa ia menjalani dialisis untuk hidup, bukan hidup untuk menjalani dialisis.
Kisah-kisah ini menunjukkan pentingnya deteksi dini, perubahan gaya hidup, dan dukungan medis dalam mengelola penyakit ginjal. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang kondisi ini, pasien dan keluarga mereka dapat membuat keputusan yang tepat dan menjalani hidup sebaik mungkin.