Jalan Pantura Semarang-Demak: Pemerintah Beralih ke Solusi Jangka Panjang Atasi Rob

Tantangan Abadi di Pantura Semarang-Demak: Pemerintah Ubah Strategi Penanganan Rob

Jalan Pantura Semarang-Demak, urat nadi transportasi yang menghubungkan berbagai wilayah di Jawa Tengah, terus menerus menghadapi tantangan serius berupa penurunan tanah dan banjir rob. Kondisi ini mengakibatkan kerusakan jalan yang berulang, memunculkan anggapan di masyarakat bahwa perbaikan jalan di ruas ini seakan tidak pernah usai. Pemerintah kini mengubah pendekatan, tidak lagi hanya fokus pada peninggian jalan, melainkan beralih ke solusi yang lebih berkelanjutan dan terintegrasi.

Kepala Bidang Preservasi I, Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Jawa Tengah-Yogyakarta, Tri Bakti Mulianto, mengakui kompleksitas permasalahan di Pantura. Selain volume lalu lintas kendaraan berat yang tinggi, faktor alam seperti banjir rob, penurunan muka tanah, dan cuaca ekstrem mempercepat kerusakan jalan. Peninggian jalan, yang selama ini menjadi solusi jangka pendek, dinilai tidak lagi efektif mengingat penurunan tanah yang terus terjadi.

Strategi Baru: Solusi Terpadu dan Berkelanjutan

Pemerintah kini mengedepankan solusi terpadu yang lebih berkelanjutan. Strategi ini meliputi:

  • Pembangunan Tanggul Laut Terintegrasi: Pembangunan tanggul laut yang terintegrasi dengan infrastruktur jalan bertujuan untuk menahan gelombang rob dan melindungi jalan dari kerusakan.
  • Sistem Polder: Sistem polder akan digunakan untuk mengendalikan genangan air dan membuang air rob dari kawasan jalan.
  • Optimalisasi Drainase Kawasan: Peningkatan sistem drainase di sekitar jalan akan membantu mempercepat pembuangan air dan mengurangi risiko kerusakan jalan.

Salah satu contoh implementasi strategi ini adalah pembangunan Jalan Tol Semarang–Demak Seksi 1 yang juga berfungsi sebagai tanggul laut. Proyek ini diharapkan dapat meredam banjir rob secara jangka panjang dan memberikan perlindungan yang lebih baik bagi infrastruktur jalan.

Dampak Rob Terhadap Umur Jalan dan Anggaran Pemeliharaan

Banjir rob memberikan beban tambahan terhadap anggaran pemeliharaan jalan nasional, khususnya di koridor Semarang–Demak. Kerusakan jalan akibat rob mempercepat frekuensi dan volume pekerjaan pemeliharaan, termasuk penambalan, peninggian badan jalan di titik-titik rawan, dan perbaikan drainase. Kondisi ini diperparah dengan adanya efisiensi anggaran secara nasional, yang mengharuskan BBPJN untuk lebih selektif dan tepat sasaran dalam menyusun prioritas penanganan.

Secara teknis, umur rencana jalan di Pantura Semarang-Demak bisa mencapai 15 hingga 20 tahun, tergantung jenis perkerasan dan kondisi lalu lintas. Namun, genangan rob yang bersifat asam dan korosif dapat memangkas masa layanan jalan secara drastis, bahkan menjadi hanya 3 hingga 5 tahun tanpa perawatan intensif. Hal ini berdampak pada biaya pemeliharaan yang jauh lebih tinggi dibandingkan kondisi normal. Kerusakan dini pada struktur jalan akibat genangan air hujan dan air laut secara terus-menerus menyebabkan retakan serta lubang, yang menghambat distribusi logistik dan aktivitas masyarakat yang mengandalkan kelancaran transportasi di jalur utama ini.

Selain itu, proses konstruksi jalan baru juga sering terkendala karena lokasi kerja tergenang air, memperlambat progres pembangunan dan menambah biaya pelaksanaan.

Pemerintah berharap, dengan pendekatan yang lebih terpadu dan berkelanjutan, masalah rob di Pantura Semarang-Demak dapat diatasi secara efektif, sehingga infrastruktur jalan tetap berfungsi optimal dan memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat.