Tambak Garam Skala Besar di NTT Diharapkan Ciptakan Puluhan Ribu Peluang Kerja

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memperkirakan bahwa proyek ambisius pembangunan tambak garam raksasa di Nusa Tenggara Timur (NTT) akan memberikan dampak signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Proyek ini diproyeksikan membuka hingga 25.639 lapangan pekerjaan baru, mencakup berbagai sektor dari hulu hingga hilir.

I Nyoman Radiarta, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan, menjelaskan bahwa sebagian besar tenaga kerja akan direkrut dari masyarakat lokal di sekitar area tambak. Langkah ini bertujuan untuk memberdayakan masyarakat setempat dan meningkatkan kesejahteraan mereka melalui partisipasi aktif dalam industri garam. Selain itu, lulusan Ocean Institute of Indonesia (OII), sebuah lembaga pendidikan tinggi yang fokus pada bidang kelautan dan perikanan, juga akan turut berkontribusi dalam proyek ini.

"Dari total 25.639 lapangan pekerjaan yang tersedia, sekitar 600 posisi akan diisi oleh lulusan OII. Ini berarti bahwa mayoritas pekerja, lebih dari 50 persen, berasal dari masyarakat yang tinggal di lokasi tambak atau memiliki lahan di sekitar kawasan tersebut," ujar I Nyoman Radiarta. Keterlibatan masyarakat lokal menjadi prioritas utama dalam operasionalisasi tambak garam ini.

Proyek tambak garam raksasa di NTT ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk mencapai swasembada garam pada tahun 2027. Pengembangan kawasan sentra industri garam nasional di NTT direncanakan meliputi 10 zona yang disesuaikan dengan kondisi topografi dan morfologi Kabupaten Rote dan Ndao. Pembangunan akan dilaksanakan secara bertahap. Tahap pertama, seluas 1.193 hektar, ditargetkan berproduksi pada tahun 2025. Selanjutnya, tahap kedua seluas 9.541 hektar akan beroperasi pada tahun 2026, dan tahap ketiga seluas 3.135 hektar akan diselesaikan pada tahun 2027.