Kampung Sanan Malang: Sentra Industri Tempe Beromzet Miliaran Rupiah
Malang, Jawa Timur, selama ini dikenal sebagai daerah penghasil apel yang tersohor. Namun, di balik perkebunan apel yang luas, tersimpan sebuah potensi ekonomi yang tak kalah menarik, yaitu industri tempe rumahan yang berpusat di Kampung Sanan. Kampung ini telah lama menjadi sentra produksi tempe, bahkan sejak era kolonial Belanda.
Kampung Sanan, yang meliputi RW 14, RW 15, dan RW 16, kini menjadi rumah bagi sekitar 400 pengrajin tempe yang tergabung dalam sebuah paguyuban. Setiap hari, mereka mampu menghasilkan hingga 30 ton tempe, yang kemudian diolah menjadi berbagai macam produk turunan. Dari tempe goreng tradisional, hingga inovasi modern seperti keripik tempe, brownies tempe, stik tempe, cokelat tempe, burger tempe, sate tempe, dan masih banyak lagi kreasi lainnya. Keberagaman produk ini memungkinkan para pengrajin untuk menjangkau pasar yang lebih luas dan meningkatkan pendapatan mereka.
Sejarah Kampung Sanan sebagai sentra tempe berawal dari kondisi ekonomi masyarakat pada masa penjajahan Belanda. Tempe, sebagai makanan rakyat yang terjangkau, menjadi pilihan utama bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan gizi sehari-hari. Hal ini mendorong masyarakat Kampung Sanan untuk mengembangkan usaha pembuatan tempe secara rumahan. Seiring berjalannya waktu, keterampilan dan pengetahuan tentang pembuatan tempe diwariskan dari generasi ke generasi, sehingga Kampung Sanan semakin dikenal sebagai pusat produksi tempe.
Ketua Paguyuban Pengrajin, Ivan Kuncoro, mengungkapkan bahwa industri tempe di Kampung Sanan mampu menghasilkan omzet hingga Rp 1 miliar per hari. Angka ini menunjukkan betapa signifikan peran industri tempe dalam perekonomian lokal. Selain itu, Ivan juga mengapresiasi dukungan yang diberikan oleh pemerintah daerah dalam pengembangan industri tempe di Kampung Sanan.
Pada tahun 2017, Dinas Perindustrian Kota Malang memberikan bantuan dana revitalisasi senilai Rp 1,9 miliar kepada Kampung Sanan. Dana tersebut digunakan untuk memperbaiki infrastruktur kampung, seperti pengaspalan jalan dan pemugaran gapura kampung. Selain itu, para pengrajin tempe juga mendapatkan bantuan berupa peralatan produksi modern, seperti pemecah kedelai, mesin pemotong, alat packing, serta pelatihan standar mutu. Bantuan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi tempe, serta meningkatkan daya saing produk tempe Kampung Sanan di pasar yang lebih luas.
Dengan adanya dukungan dari pemerintah dan semangat inovasi dari para pengrajin, Kampung Sanan terus berkembang menjadi sentra industri tempe yang modern dan berdaya saing. Keberhasilan Kampung Sanan ini menjadi contoh inspiratif bagi daerah lain dalam mengembangkan potensi lokal dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.