Antisipasi Pemadaman Listrik: Strategi Penguatan Sistem Kelistrikan di Pulau Bali

Pulau Bali, destinasi wisata utama Indonesia dan tuan rumah berbagai acara internasional seperti KTT G20 dan World Water Forum, sangat bergantung pada pasokan listrik yang andal. Pemadaman listrik yang terjadi baru-baru ini di berbagai negara, termasuk Spanyol, Portugal, dan bahkan Bali sendiri, menyoroti betapa pentingnya sistem kelistrikan yang kuat dan tangguh.

Kondisi Sistem Kelistrikan Bali

Sistem kelistrikan Bali terhubung dengan jaringan Jawa, Madura, dan Bali (Jamali) yang besar. Namun, dengan beban puncak sekitar 1.180 MW, Bali memiliki karakteristik sistem kecil yang membutuhkan margin cadangan sekitar 40% untuk mencapai keandalan yang optimal. Idealnya, total kapasitas yang dibutuhkan, termasuk pasokan dari Jawa, adalah minimal 1.650 MW.

Pasokan listrik Bali berasal dari pembangkit lokal di Pesanggaran, Pemaron, Celukan Bawang, dan Gilimanuk, serta Saluran Kabel Laut Tegangan Tinggi (SKLT) 150 kV dari Jawa melalui Banyuwangi-Gilimanuk yang berkapasitas 400 MW. Saat ini, total kapasitas pembangkit di Bali sekitar 1.500 MW, termasuk SKLT. Kapasitas ini dinilai kurang memadai untuk mencapai target keandalan yang diinginkan.

Tantangan Operasional dan Risiko Sistem

Sistem kelistrikan Bali menghadapi beberapa tantangan:

  • Ketergantungan pada Transfer Daya dari Jawa: Transfer daya yang besar dari Jawa meningkatkan risiko ketidakandalan sistem Bali.
  • Lokasi Pembangkit Terbatas: Konsentrasi pembangkit di lokasi yang sedikit dengan kapasitas besar meningkatkan risiko jika terjadi kegagalan.
  • Komposisi Pembangkit yang Kurang Ideal: Kapasitas pembangkit beban dasar (PLTU) yang relatif kecil dibandingkan kebutuhan beban dasar membuat Bali bergantung pada pembangkit peaker yang lebih mahal.

Langkah-Langkah Penguatan Sistem

Untuk meningkatkan keandalan sistem kelistrikan Bali, beberapa langkah dapat diambil:

  • Jangka Pendek:
    • Pembatasan transfer daya dari Jawa dengan mempertimbangkan stabilitas sistem.
    • Pemutakhiran sistem pertahanan untuk menghadapi berbagai potensi gangguan.
    • Pengefektifan pemeliharaan fasilitas ketenagalistrikan.
  • Jangka Panjang:
    • Penambahan saluran transfer dari Jawa ke Bali dengan jalur yang berbeda dari SKLT yang ada.
    • Penyesuaian komposisi pembangkit di Bali dengan profil beban yang ada.

Secara ideal, Bali membutuhkan penambahan kapasitas pembangkit beban dasar, terutama yang berbasis energi terbarukan, atau pembangkit pengikut beban yang berbiaya moderat dan beremisi rendah, seperti PLTGU dan PLTA.

Keberhasilan upaya ini membutuhkan kolaborasi antara PLN, pemerintah daerah, pemerintah pusat, serta partisipasi masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya.