Partisipasi Tinggi Pemilih Warnai Pemilu Presiden Korea Selatan Pasca Krisis Politik
Antusiasme tinggi terpancar dari warga Korea Selatan dalam pemilihan presiden (Pilpres) yang digelar hari ini. Tempat Pemungutan Suara (TPS) di seluruh negeri dipadati antrean pemilih yang bersemangat menggunakan hak suara mereka. Gelaran Pilpres ini menjadi momentum penting bagi Korea Selatan, usai melewati periode ketidakpastian politik yang panjang.
Krisis politik yang melanda Korea Selatan beberapa waktu lalu, dipicu oleh keputusan mantan Presiden Yoon Suk Yeol memberlakukan darurat militer. Keputusan kontroversial ini berujung pada pemakzulan dan pemberhentian Yoon dari jabatannya, serta serangkaian pergantian kepemimpinan sementara. Kondisi ini memicu keinginan kuat dari masyarakat untuk segera membawa negara mereka kembali ke jalur yang stabil dan progresif.
Sejak pagi hari, berbagai media lokal melaporkan antrean panjang di sejumlah TPS. Komisi Pemilu Nasional Korea Selatan (NEC) mencatat, tiga jam setelah pemungutan suara dimulai pada pukul 06.00 waktu setempat, lebih dari 4 juta pemilih atau sekitar 9,2 persen dari total pemilih terdaftar telah memberikan suaranya. Total pemilih terdaftar dalam Pilpres kali ini mencapai 44.391.871 orang. Proses pemungutan suara akan berlangsung hingga pukul 20.00 waktu setempat, di 14.295 TPS yang tersebar di seluruh wilayah Korea Selatan.
Angka partisipasi yang tinggi ini juga tercermin dari hasil pemungutan suara awal yang telah dilaksanakan selama dua hari sebelumnya. NEC melaporkan bahwa lebih dari 15,4 juta orang, atau 34,74 persen dari total pemilih terdaftar, telah berpartisipasi dalam pemungutan suara awal. Jumlah ini merupakan yang tertinggi kedua sejak pemungutan suara awal diperkenalkan pada tahun 2014.
Salah seorang pemilih di Gwangju, Jung Se Yoon (65), seorang pensiunan guru, menyebut Pilpres kali ini sebagai "titik balik" bagi Korea Selatan. Ia mengungkapkan kekhawatirannya bahwa negara akan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk pulih jika kesempatan ini dilewatkan.
Dalam Pilpres kali ini, terdapat lima kandidat presiden yang bersaing. Lee Jae Myung, kandidat dari Partai Demokrat, unggul dalam berbagai survei opini publik. Survei menunjukkan bahwa sekitar 49 persen responden menilai Lee sebagai kandidat terbaik. Kim Moon Soo, kandidat dari Partai Kekuatan Rakyat (PPP) yang merupakan partai dari mantan Presiden Yoon, berada di posisi kedua dengan dukungan 35 persen responden. Sementara itu, tiga kandidat lainnya adalah Lee Jun Seok dari Partai Reformasi Baru, Kwong Young Guk dari Partai Buruk Demokratik, dan Song Jin Ho yang merupakan kandidat independen.
Choi Sung Wook (68), seorang sopir taksi yang juga memberikan suaranya, mengungkapkan alasannya memilih Lee Jae Myung. Ia mengatakan bahwa latar belakang Lee yang berasal dari keluarga miskin akan memberikan pengaruh besar dalam cara dia melayani rakyat. Ia juga menambahkan kekecewaannya terhadap Yoon Suk Yeol yang dianggap telah mengkhianati rakyat. Ia berharap presiden terpilih nantinya akan menciptakan suasana damai dan persatuan, bukan perang ideologis.
Para analis politik memprediksi bahwa tingkat partisipasi pemilih dalam Pilpres kali ini akan sangat tinggi. Bae Kang Hoon, salah satu pendiri lembaga think-tank politik Valid, mengatakan bahwa fokus utama saat ini bukan hanya pada kemungkinan kemenangan Lee Jae Myung, tetapi juga pada apakah ia mampu mengamankan lebih dari 50 persen suara. Menurutnya, jika Lee berhasil mencapai angka tersebut, hal itu akan memberikan dorongan signifikan dalam momentumnya untuk memerintah sebagai presiden.