Sukses Bertani Selada Hidroponik di Pamekasan: Kisah Inspiratif Alfina Haula
Di tengah hiruk pikuk Desa Ceguk, Kecamatan Tlanakan, Pamekasan, tersembunyi sebuah oase hijau yang tak lazim. Bukan hamparan sawah atau kebun tebu yang mendominasi, melainkan kebun selada hidroponik milik Alfina Haula, seorang perempuan berusia 48 tahun yang mengubah pekarangan rumahnya menjadi sumber penghasilan menjanjikan.
Alfina, bersama suaminya Rokib Wibowo (43), membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk meraih kesuksesan. Bermula dari keinginan untuk membantu perekonomian keluarga, Alfina memberanikan diri mencoba budidaya selada impor secara hidroponik pada tahun 2018. Tantangan awal muncul ketika kualitas air tidak mendukung pertumbuhan tanaman. Namun, semangat pantang menyerah membawanya mencari solusi. Melalui budaya membaca dan belajar, ia menemukan metode filtrasi air yang efektif meningkatkan kualitas air, sehingga selada dapat tumbuh subur.
Berkat ketekunan dan inovasinya, usaha Alfina berkembang pesat. Dari sekadar memanfaatkan pekarangan rumah, kini luas lahan hidroponiknya mencapai 700 meter persegi. Permintaan selada impor terus meningkat, hingga ia mampu memasok ke lebih dari 50 jasa katering dan sejumlah hotel di Pamekasan serta kabupaten tetangga seperti Sumenep, Sampang, dan Bangkalan.
Harga jual selada Alfina adalah Rp 30.000 per kilogram, atau Rp 6.000 per bungkus untuk kemasan rumah tangga. Dengan penjualan rata-rata 20-30 kilogram per hari, ia mampu meraup pendapatan antara Rp 18 juta hingga Rp 20 juta per bulan. Bahkan, ia pernah menerima pesanan hingga 100 kilogram dari satu pelanggan, yang dikirim secara bertahap.
Menurut Alfina, kunci keberhasilan budidaya selada hidroponik terletak pada penanganan khusus. Meskipun selada umumnya tumbuh optimal di dataran tinggi, ia berhasil menciptakan lingkungan yang sesuai di dataran rendah melalui metode hidroponik. Ia menekankan bahwa budidaya ini tidak terlalu melelahkan dan dapat dilakukan di rumah.
Investasi awal yang dikeluarkan Alfina mencapai Rp 250 juta. Namun, kesuksesan yang diraihnya tidak datang tanpa hambatan. Ia pernah mengalami kerugian akibat gangguan aliran air dan pemadaman listrik.
Saat ini, Alfina mempekerjakan empat orang karyawan dengan gaji antara Rp 1 juta hingga Rp 1,2 juta per bulan. Mereka bertugas membersihkan wadah hidroponik, mengantarkan pesanan, serta memberikan pupuk dan vitamin pada selada.
Plt Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Pamekasan, Indah Kusuma Sulistiorini, mengapresiasi usaha Alfina dan berharap semakin banyak warga Pamekasan yang terinspirasi untuk melakukan budidaya tanaman secara hidroponik di pekarangan rumah mereka.
Berikut adalah beberapa poin penting dalam kisah sukses Alfina Haula:
- Inovasi: Menerapkan metode filtrasi air untuk meningkatkan kualitas air.
- Ketekunan: Tidak menyerah meskipun menghadapi tantangan.
- Peluang: Memanfaatkan pekarangan rumah untuk budidaya selada.
- Dampak: Meningkatkan pendapatan keluarga dan membuka lapangan kerja.
Kisah Alfina Haula adalah bukti nyata bahwa dengan semangat pantang menyerah, inovasi, dan pemanfaatan sumber daya yang ada, siapa pun dapat meraih kesuksesan di bidang pertanian.