Deflasi Mei 2025: Analisis Para Ekonom Ungkap Faktor Pemicu dan Implikasinya
Fenomena deflasi yang kembali menghantui perekonomian Indonesia pada Mei 2025 memicu perdebatan di kalangan ekonom. Penurunan harga secara umum ini, yang tercatat sebesar 0,37 persen secara bulanan (mtm), menimbulkan pertanyaan mendasar: apakah ini sinyal melemahnya daya beli masyarakat atau sekadar dampak dari penurunan harga pangan akibat panen raya? Beberapa ekonom meyakini bahwa kombinasi kedua faktor ini menjadi penyebab utama, sementara yang lain lebih menekankan pada satu aspek tertentu.
Penurunan Harga Pangan dan Dampaknya
Salah satu pemicu deflasi yang paling jelas adalah penurunan harga pangan bergejolak (volatile food). Pasca-Lebaran, harga komoditas seperti cabai merah, cabai rawit, dan bawang merah mengalami penurunan signifikan akibat peningkatan pasokan dari panen raya. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa komponen volatile food mengalami deflasi tertinggi, yaitu 2,48 persen, dan memberikan andil sebesar 0,41 persen terhadap deflasi Mei 2025. Bahkan, deflasi pada komponen ini menjadi yang terdalam sejak September 2022.
Pelemahan Daya Beli Masyarakat
Namun, beberapa ekonom berpendapat bahwa penurunan harga pangan saja tidak cukup untuk menjelaskan fenomena deflasi ini. Mereka menyoroti bahwa deflasi juga terjadi pada komoditas lain seperti ikan dan daging ayam, yang tidak secara langsung terpengaruh oleh panen raya. Selain itu, deflasi juga tercatat pada komponen harga yang diatur pemerintah (administered prices), meskipun tarif paket internet telah kembali normal setelah diskon selama periode Lebaran dan Nyepi. Hal ini mengindikasikan adanya pelemahan daya beli masyarakat yang lebih luas.
Indikator Ekonomi Lain dan Kekhawatiran
Para ekonom juga menunjuk pada indikator ekonomi lain yang mengindikasikan pelemahan daya beli masyarakat sejak tahun lalu. Deflasi Mei 2025 yang lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya juga menjadi perhatian. Beberapa ekonom khawatir bahwa masyarakat menahan diri untuk berbelanja meskipun harga turun dan pasokan stabil, yang menandakan adanya tekanan psikologis yang lebih kuat daripada dorongan harga murah.
Implikasi dan Rekomendasi
Deflasi yang disebabkan oleh lemahnya daya beli masyarakat dapat memiliki konsekuensi negatif bagi perekonomian. Penurunan permintaan dapat menyebabkan penurunan produksi, investasi, dan lapangan kerja. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk merespons pelemahan daya beli ini secara serius dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menstimulasi permintaan domestik.
Faktor Eksternal dan Neraca Perdagangan
Selain faktor internal, tekanan eksternal juga turut memengaruhi perekonomian. Data neraca perdagangan April 2025 menunjukkan surplus yang lebih rendah dari ekspektasi pasar. Meskipun ekspor tumbuh, laju impor melonjak, didorong oleh lonjakan impor logam mulia dan perhiasan. Hal ini mengindikasikan kerentanan terhadap fluktuasi harga komoditas global dan kebijakan perdagangan internasional.
Kesimpulan
Deflasi Mei 2025 merupakan fenomena kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Penurunan harga pangan akibat panen raya dan pelemahan daya beli masyarakat menjadi penyebab utama, sementara tekanan eksternal juga turut memperburuk situasi. Pemerintah perlu mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengatasi masalah ini dan memastikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.