Bendungan Jragung: Solusi Banjir dan Sumber Daya Air Terpadu untuk Jawa Tengah

Pembangunan Bendungan Jragung, sebuah proyek strategis nasional yang berlokasi di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, menunjukkan kemajuan signifikan dengan capaian 85 persen. Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin, meninjau langsung lokasi proyek di Dusun Kedungglatik, Desa Candirejo, Kecamatan Pringapus, didampingi oleh Wakil Bupati Semarang dan Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana. Peninjauan ini bertujuan untuk memastikan kelancaran dan efektivitas pembangunan bendungan yang diharapkan dapat menjadi solusi komprehensif untuk berbagai permasalahan sumber daya air di wilayah tersebut.

Menurut Yasin, Bendungan Jragung tidak hanya berfungsi sebagai pengendali banjir untuk wilayah hilir seperti Kota Semarang, Kabupaten Demak, dan Grobogan, tetapi juga sebagai sumber air baku dan irigasi yang vital. Bendungan ini diproyeksikan mampu menyediakan air baku sebesar 1.000 liter per detik untuk memenuhi kebutuhan air bersih di Kota Semarang, Grobogan, dan Demak. Selain itu, bendungan ini juga akan mengairi sekitar 4.528 hektar sawah di Grobogan dan Demak, meningkatkan produktivitas pertanian dan kesejahteraan petani.

Proyek bendungan yang menelan anggaran sekitar Rp 3 triliun dari APBN ini dikerjakan oleh konsorsium BUMN yang terdiri dari PT Waskita Karya, PT Wijaya Karya, dan PT Brantas Abipraya. Meskipun sempat mengalami kendala akibat cuaca ekstrem, dengan target awal selesai pada Mei 2026, pihak pengembang optimis dapat menyelesaikan proyek sesuai jadwal. Yasin menjelaskan bahwa curah hujan tinggi yang menyebabkan "kemarau basah" telah menghambat pekerjaan di bagian inti bendungan, karena memerlukan waktu pengeringan yang cukup lama setelah hujan.

Lebih lanjut, Bendungan Jragung juga memiliki potensi untuk menghasilkan energi terbarukan melalui Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebesar 90 MW dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) sebesar 1,4 MW. Pemanfaatan energi terbarukan ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan mendukung pembangunan berkelanjutan.

Guna memaksimalkan manfaat dari Bendungan Jragung, Yasin menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor, terutama dengan Kementerian Pertanian. Ia mendorong petani untuk mulai menanam tanaman yang lebih ramah terhadap kontur tanah di kawasan hulu bendungan sebagai upaya penguatan tanah dan pencegahan erosi serta longsor. Sebagai bagian dari upaya ini, Yasin juga melakukan penanaman pohon buah seperti durian dan mangga di kawasan hulu bendungan.

Pemerintah berencana untuk memulai pengisian air (impounding) Bendungan Jragung pada awal tahun 2026, sehingga jaringan irigasi dapat segera difungsikan dan manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Dengan rampungnya Bendungan Jragung, diharapkan permasalahan banjir di wilayah hilir dapat teratasi, ketersediaan air baku dan irigasi terjamin, serta potensi energi terbarukan dapat dimanfaatkan secara optimal, sehingga memberikan dampak positif bagi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Jawa Tengah.

Berikut adalah beberapa poin penting mengenai Bendungan Jragung:

  • Fungsi Utama:
    • Pengendalian banjir di Kota Semarang, Kabupaten Demak, dan Grobogan.
    • Penyediaan air baku 1.000 liter/detik untuk Kota Semarang, Grobogan, dan Demak.
    • Irigasi untuk 4.528 hektar sawah di Grobogan dan Demak.
    • Potensi energi terbarukan: PLTS 90 MW dan PLTMH 1,4 MW.
  • Progres: 85 persen
  • Target Selesai: Mei 2026
  • Anggaran: Rp 3 triliun dari APBN
  • Pelaksana: Konsorsium BUMN (PT Waskita Karya, PT Wijaya Karya, PT Brantas Abipraya)
  • Impounding: Awal 2026

Dengan adanya Bendungan Jragung, diharapkan Jawa Tengah dapat lebih siap menghadapi tantangan perubahan iklim dan meningkatkan ketahanan pangan serta energi di masa depan.