Momentum Hari Buruh: Mengenang Marsinah, Perjuangan Buruh yang Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional

Perjuangan Marsinah: Simbol Buruh yang Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional

Momentum Hari Buruh 2025 menjadi panggung bagi aspirasi besar: pengangkatan Marsinah, seorang aktivis buruh yang gugur dalam memperjuangkan hak-hak pekerja, sebagai pahlawan nasional. Nama Marsinah, yang telah lama menjadi ikon perjuangan buruh di Indonesia, kembali mencuat ke permukaan.

Marsinah dikenal karena keberaniannya dalam menyuarakan hak-hak buruh, aktif dalam demonstrasi dan advokasi pekerja. Tragedi menimpanya pada tanggal 5 Mei 1993, ketika ia menghilang secara misterius dan ditemukan meninggal dunia empat hari kemudian. Kasus kematiannya yang penuh teka-teki hingga kini masih menyisakan pertanyaan yang belum terjawab.

Dukungan dari Berbagai Pihak

Usulan menjadikan Marsinah sebagai pahlawan nasional mendapatkan momentum baru setelah Presiden Prabowo Subianto menyatakan dukungannya. Dalam acara peringatan May Day di Monas, Jakarta Pusat, Presiden Prabowo menyatakan kesediaannya untuk mendukung usulan tersebut, asalkan mendapat dukungan luas dari kalangan serikat buruh.

"Asal seluruh pimpinan buruh, mewakili kaum buruh, sepakat, saya akan mendukung Marsinah jadi pahlawan nasional," tegas Prabowo.

Dukungan ini disambut baik oleh berbagai serikat buruh. Andi Gani Nena Wea, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI), menegaskan bahwa Marsinah layak mendapatkan gelar pahlawan nasional karena kegigihannya dalam memperjuangkan hak-hak buruh.

"Betul (Marsinah) simbol buruh, dulu memperjuangkan upah pada saat masa keras dan represi. Beliau berani mengambil risiko, itu luar biasa semasa perjuangan hak dan akhirnya dibunuh dengan menyedihkan," ujar Andi.

Said Iqbal, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), juga memberikan dukungan penuh. Ia menyoroti bahwa belum ada pahlawan nasional yang berasal dari kalangan buruh. Marsinah dianggap sebagai representasi buruh yang berjuang dari akar rumput dan menjadi simbol anti-penindasan terhadap perempuan di dunia kerja.

"Buruh perempuan di Indonesia kan simboliknya masih dalam penindasan kan? Sexual harassment, upahnya lebih murah dari buruh laki-laki. Ini representasi buruh perempuan yang disimbolkan memang masih banyak yang tertindas," kata Said.

Sekjen Konfederasi Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI), Sunarso, juga menyatakan bahwa Marsinah sangat pantas mendapatkan gelar pahlawan nasional.

Penghormatan dan Pemenuhan Hak Buruh

Mugiyanto, Wakil Menteri HAM yang juga mantan aktivis, menyambut positif usulan ini. Ia menyebut gelar pahlawan nasional untuk Marsinah sebagai bentuk penghormatan dan pemenuhan hak kaum buruh di Indonesia.

"Tentu Kementerian HAM juga setuju dan sangat mendukung. Bagaimanapun, Marsinah adalah pendobrak kesadaran bagi penghormatan dan pemenuhan hak kaum buruh, yang mana hak buruh adalah Hak Asasi Manusia," kata Mugi.

Ia menambahkan bahwa Marsinah adalah satu-satunya yang berani memperjuangkan hak buruh pada masa di mana tidak ada yang bersuara karena sistem yang belum demokratis. Kementerian HAM juga telah menjalin komunikasi dengan keluarga Marsinah di Nganjuk, Jawa Timur.

Perbedaan Pendapat

Namun, usulan ini juga menuai perbedaan pendapat. Pakar Hukum Bidang Perburuhan, Aloysius Uwiyono, berpendapat bahwa wacana ini terlalu besar dan hanya berkaitan dengan kepentingan kesejahteraan buruh, bukan untuk bangsa Indonesia secara keseluruhan.

"Marsinah dibunuh dan menjadi simbol perjuangan buruh karena memperjuangkan upah. Perjuangannya hanya terbatas pada lingkup pekerjaan, tidak mencakup mati-hidupnya bangsa Indonesia," ucap Aloysius.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Migrant Watch, Aznil Tan, berpendapat sebaliknya. Ia menilai bahwa Marsinah tewas saat berjuang demi jutaan buruh di Indonesia yang mengalami nasib serupa.

"Maka, dia layak mendapat gelar pahlawan, karena untuk kepentingan rakyat banyak, bukan pribadinya. Kedua, dia berani melawan ketidakadilan dengan sangat luar biasa," tutur Aznil.

Ia menambahkan bahwa gugurnya Marsinah adalah konsekuensi dari perjuangannya, dan perjuangannya kini menjadi simbol perlawanan dan keberanian rakyat kecil yang dikenang lintas generasi.