Psikolog Ungkap Akar Masalah di Balik Fantasi Inses yang Marak di Media Sosial
Fenomena grup daring yang membahas fantasi seksual inses atau hubungan sedarah tengah menjadi perhatian serius di masyarakat. Unggahan-unggahan yang muncul, seperti pengakuan seorang ayah yang merasa tertarik pada putrinya sendiri, memicu perdebatan dan kekhawatiran akan dampak psikologis yang ditimbulkan.
Psikolog Klinis, Alfia Noor Laily Fauziah, menjelaskan bahwa inses dalam perspektif psikologi merujuk pada hubungan seksual atau keintiman yang terjadi antara anggota keluarga yang memiliki hubungan darah. Kasus semacam ini sering kali melibatkan orang dewasa yang menyalahgunakan kekuasaan terhadap korban yang lebih muda, khususnya anak-anak. Dampaknya dapat sangat merusak, meninggalkan trauma mendalam yang bertahan lama.
"Kekerasan seksual yang dilakukan ayah terhadap anaknya, meskipun anak tersebut masih kecil, akan menyebabkan trauma yang membekas hingga dewasa. Anak bisa merasa rendah diri, tidak percaya diri, bahkan depresi," ujar Alfia.
Keluarga, yang seharusnya menjadi tempat yang aman dan nyaman, justru berubah menjadi lingkungan yang menakutkan bagi korban, terutama bagi anak-anak dan perempuan yang lebih rentan menjadi sasaran.
Faktor-faktor Pemicu Fantasi Inses
Alfia mengidentifikasi tiga faktor utama yang dapat memicu seseorang memiliki fantasi seksual yang tidak lazim, termasuk fantasi inses:
-
Keluarga Tidak Harmonis: Ketidakharmonisan dalam rumah tangga, seperti pertengkaran terus-menerus atau perasaan terpojok secara emosional, dapat menjadi pemicu inses. Dalam beberapa kasus, ayah yang merasa dendam karena terus-menerus dimarahi atau dimusuhi istri, melampiaskan emosinya kepada anak perempuannya. Ini dikenal sebagai inses akibat patologi keluarga.
-
Kurangnya Edukasi Seksual dan Pengawasan: Kurangnya pemahaman tentang batasan dalam hubungan keluarga, terutama pada anak-anak dan remaja, dapat menyebabkan perilaku menyimpang. Kurangnya edukasi seksual dan minimnya pengawasan orang tua juga berperan penting. Orang tua yang membiarkan anak remaja berlainan jenis tidur sekamar atau terbiasa tidur bersama dapat menjadi pemicu. Oleh karena itu, anak-anak yang memasuki usia remaja sebaiknya dipisahkan tempat tidurnya. Selain itu, orang tua perlu menerapkan disiplin positif dalam penggunaan gawai dan mengawasi konten digital yang diakses anak-anak.
-
Pengaruh Alkohol dan Paparan Pornografi: Faktor psikologis lain yang dapat memicu perilaku inses adalah konsumsi alkohol, yang menyebabkan hilangnya kontrol diri. Paparan konten pornografi dari internet atau media sosial juga memperburuk kondisi. Orang tua atau anak-anak yang terlalu sering menonton konten pornografi di media sosial dapat menjadi ketagihan dan meniru apa yang mereka lihat, dan sayangnya, pelampiasannya dapat terjadi di dalam keluarga sendiri.
Upaya Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya kekerasan seksual dalam keluarga, Alfia menekankan pentingnya peran orang tua dalam membangun pola asuh yang sehat, memberikan edukasi seksualitas sejak dini, serta membatasi akses anak terhadap gawai dan konten dewasa. Langkah-langkah lain yang dapat diambil termasuk sosialisasi nilai-nilai moral di masyarakat dan penegakan hukum yang tegas terhadap pelaku.
"Proses pemulihan bagi korban juga sangat penting. Mereka harus didampingi oleh psikolog, diberikan tempat yang aman dan nyaman, serta diberi terapi yang sesuai dengan kebutuhan mereka," tambahnya.