Banyuwangi Lepas Ratusan Burung Hantu: Strategi Alami Kendalikan Populasi Tikus Pengganggu Pertanian
Banyuwangi Andalkan Burung Hantu Atasi Serangan Hama Tikus
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi mengambil langkah inovatif dalam mengatasi ancaman hama tikus yang meresahkan para petani. Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertan) Banyuwangi telah melepaskan sebanyak 421 ekor burung hantu jenis Tyto Alba ke berbagai wilayah yang rawan serangan tikus. Langkah ini merupakan bagian dari gerakan pengendalian (gerdal) hama tikus yang bertujuan untuk melindungi produksi pangan di wilayah tersebut.
Pelepasan burung hantu dilakukan secara serentak di 10 kecamatan yang menjadi sentra pertanian di Banyuwangi. Kecamatan-kecamatan tersebut meliputi Singojuruh, Glagah, Kabat, Rogojampi, Blimbingsari, Giri, Srono, Kalipuro, Licin, dan Genteng. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada tingkat kerawanan terhadap serangan hama tikus yang cukup tinggi.
Menurut data Dispertan Banyuwangi, hingga Mei 2025, serangan hama tikus telah meluas hingga mencapai 111,75 hektar lahan pertanian. Selain itu, terdapat area waspada seluas 955,50 hektar yang berpotensi menjadi sasaran serangan tikus. Kondisi ini menjadi perhatian serius bagi pemerintah daerah, mengingat sektor pertanian merupakan tulang punggung perekonomian Banyuwangi.
Kepala Dispertan Banyuwangi, Ilham Juanda, menjelaskan bahwa pelepasan burung hantu merupakan solusi alami yang efektif dan ramah lingkungan untuk mengendalikan populasi tikus. Ia mengungkapkan bahwa tikus dapat berkembang biak dengan cepat karena ketidakseimbangan ekosistem akibat berkurangnya predator alami seperti ular, garangan, dan burung hantu. Hilangnya predator alami menyebabkan populasi tikus meningkat secara signifikan, sehingga berpotensi merusak tanaman pangan dan mengancam hasil panen.
Keunggulan Burung Hantu Sebagai Predator Alami
Dari berbagai jenis predator tikus, burung hantu dipilih karena memiliki kemampuan berburu yang sangat baik. Burung hantu memiliki penglihatan dan pendengaran yang tajam, sehingga mampu mendeteksi mangsa dari jarak jauh. Selain itu, burung hantu juga memiliki daya jelajah yang tinggi dan dapat menyergap mangsanya tanpa suara.
Dengan kemampuannya tersebut, seekor burung hantu dewasa mampu memangsa 2 hingga 4 ekor tikus setiap hari, bahkan lebih dari 10 ekor dalam kondisi tertentu. Daya jelajah yang tinggi juga memungkinkan sepasang burung hantu melindungi area seluas 25 hektar tanaman padi. Hal ini menjadikan burung hantu sebagai solusi pengendalian hama tikus yang ekonomis dan efektif.
Penyediaan Rumah Burung Hantu (Rubuha)
Salah satu tantangan dalam program pengendalian hama tikus dengan burung hantu adalah ketidakmampuan burung hantu dalam membuat sarang sendiri. Oleh karena itu, Dispertan Banyuwangi mengajak para petani untuk berpartisipasi aktif dalam menyediakan rumah burung hantu (Rubuha) sebagai tempat bersarang dan berkembang biak.
Hingga akhir Mei 2025, Dispertan Banyuwangi telah memasang sebanyak 577 Rubuha di seluruh kecamatan sentra padi. Pemasangan Rubuha ini diharapkan dapat meningkatkan populasi burung hantu di Banyuwangi, sehingga ekosistem tetap terjaga dan serangan hama tikus dapat terkendali secara berkelanjutan.
Dengan kombinasi antara pelepasan burung hantu dan penyediaan Rubuha, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi berharap dapat menciptakan sistem pengendalian hama tikus yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Langkah ini diharapkan dapat melindungi hasil panen para petani dan menjaga ketahanan pangan di wilayah tersebut.
Upaya Lain dalam Pengendalian Hama Tikus
Selain mengandalkan burung hantu, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi juga melakukan upaya lain dalam pengendalian hama tikus, seperti:
- Sosialisasi dan pelatihan kepada petani: Memberikan pengetahuan kepada petani tentang cara mengelola lahan pertanian yang baik dan benar, serta cara mengidentifikasi dan mengatasi serangan hama tikus.
- Penggunaan perangkap tikus: Mendorong penggunaan perangkap tikus yang ramah lingkungan dan tidak membahayakan hewan peliharaan.
- Sanitasi lingkungan: Membersihkan lingkungan sekitar lahan pertanian dari sampah dan tumbuhan liar yang dapat menjadi sarang tikus.
Dengan kombinasi berbagai upaya ini, diharapkan serangan hama tikus di Banyuwangi dapat ditekan secara signifikan, sehingga para petani dapat meningkatkan produktivitas dan kesejahteraannya.