Terungkapnya Grup Facebook 'Cinta Sedarah': Fantasi Inses dan Dampak Psikologisnya

Fenomena grup Facebook bernama 'Cinta Sedarah', yang berisi konten fantasi inses, telah mengejutkan publik dan memicu kekhawatiran mendalam tentang potensi normalisasi perilaku menyimpang dan dampaknya terhadap kesehatan mental.

Grup yang kini telah berkembang menjadi lebih dari 32.000 anggota, didirikan sejak tahun 2022, bertujuan untuk mengumpulkan individu dengan ketertarikan fantasi seksual terhadap anggota keluarga. Konten yang dibagikan di dalamnya beragam, mulai dari video hingga tulisan fiksi dengan tema hubungan sedarah. Polisi telah menangkap admin grup tersebut, seorang pria berinisial IDG (44) di Denpasar, Bali, pada akhir Mei 2025.

Psikolog klinis Alfia Noor Laily Fauziah, M.Psi., menjelaskan bahwa inses, dalam bentuk apa pun, termasuk fantasi yang dibagikan secara online, dapat menimbulkan konsekuensi psikologis dan sosial yang serius. Bahkan, fantasi hubungan intim yang melibatkan anggota keluarga sedarah dapat merusak persepsi tentang hubungan keluarga yang sehat dan berpotensi meningkatkan risiko kekerasan seksual di dunia nyata.

"Fantasi sedarah bukan sekadar preferensi pribadi. Bila disebarluaskan dan dikonsumsi bersama, ini bisa menjadi indikator gangguan psikoseksual dan menciptakan komunitas yang membahayakan," tegas Alfia.

Dampak Trauma pada Korban Inses

Kekerasan seksual berbasis inses seringkali meninggalkan luka mendalam pada korban. Pelaku, yang seharusnya menjadi figur pelindung, justru menjadi sumber trauma. Akibatnya, anak-anak yang menjadi korban inses dapat mengalami:

  • Kehilangan rasa aman
  • Rendah diri
  • Merasa tidak berharga
  • Trauma berkepanjangan hingga dewasa

Pentingnya Edukasi Seksual dan Pengawasan Digital

Untuk mencegah penyebaran konten fantasi inses dan melindungi anak-anak dari potensi kekerasan seksual, Alfia menekankan pentingnya:

  • Edukasi seksual sejak dini: Anak-anak perlu diajarkan tentang batasan tubuh, privasi, dan relasi sehat yang sesuai dengan usia mereka.
  • Pembatasan akses konten digital: Orang tua harus memantau dan membatasi akses anak-anak terhadap konten online yang tidak pantas.
  • Peran aktif masyarakat: Masyarakat perlu melaporkan dan mencegah penyebaran konten menyimpang seperti yang ditemukan di grup 'Cinta Sedarah'.

Alfia menambahkan bahwa penanganan kasus-kasus terkait inses harus berfokus pada edukasi dan perlindungan korban. Terapi psikologis yang tepat sangat penting untuk membantu korban pulih dari trauma yang mereka alami.

Kasus grup Facebook 'Cinta Sedarah' menjadi pengingat akan pentingnya kewaspadaan dan upaya kolektif untuk melindungi anak-anak dari segala bentuk kekerasan seksual, baik di dunia nyata maupun di dunia maya.