Konsumsi Energi AI Diprediksi Lampaui Penambangan Bitcoin pada 2025
AI Menggila: Konsumsi Listrik Melonjak, Lampaui Tambang Bitcoin di Masa Depan
Sebuah riset terbaru mengungkap prediksi mengejutkan terkait konsumsi energi oleh sistem kecerdasan buatan (AI). Diperkirakan, pada akhir tahun 2025, kebutuhan listrik untuk menjalankan AI canggih akan melampaui konsumsi energi yang selama ini identik dengan aktivitas intensif seperti penambangan Bitcoin.
Riset yang berjudul "Artificial intelligence: Supply chain constraints and energy implications" ini dilakukan oleh Alex de Vries-Gao, seorang kandidat PhD di Institut Studi Lingkungan Vrije Universiteit Amsterdam. Penelitian ini menyoroti dampak ekspansi pesat AI generatif terhadap kebutuhan energi pusat data dan produksi perangkat keras khusus AI, terutama GPU (Graphics Processing Unit).
Ledakan perkembangan AI saat ini mendorong pembangunan pusat data berskala besar yang dipenuhi dengan ribuan hingga jutaan GPU. Operasional pusat data ini membutuhkan pasokan listrik yang sangat besar. De Vries-Gao menyoroti bahwa GPU Nvidia H100, yang menjadi andalan di pusat data modern, memiliki konsumsi daya puncak hingga 700 watt secara berkelanjutan saat memproses model AI yang kompleks. Nvidia diperkirakan akan menjual 1,5 hingga 2 juta unit GPU H100 pada tahun 2024.
Selain itu, GPU Nvidia seri Ampere, seperti A100, memiliki TDP (Thermal Design Power) sebesar 400W. TDP mengindikasikan jumlah panas maksimum yang dihasilkan GPU dalam kondisi operasional normal. GPU lain seperti AMD MI300X memiliki konsumsi puncak hingga 750W, sementara AMD MI250X mencapai 500W. Jika konsumsi daya masing-masing GPU ini dikalikan dengan jumlah unit yang beroperasi di pusat data, total penggunaan energi akan sangat signifikan.
Menurut riset De Vries-Gao, pada akhir 2025, pusat data AI (tidak termasuk yang digunakan untuk kripto) diperkirakan akan mengonsumsi hampir 50.000 megawatt (MW) atau 50 gigawatt (GW) daya listrik. Angka ini jauh melampaui konsumsi listrik penambangan Bitcoin, yang diperkirakan sekitar 20 GW pada Maret 2025.
Bahkan, prediksi konsumsi listrik AI ini lebih besar dari perkiraan penggunaan listrik nasional beberapa negara seperti Irlandia (kurang dari 5 GW), Swiss, Austria, Finlandia (kurang dari 10 GW) pada tahun 2023. Bahkan, perkiraan tersebut masih lebih tinggi dibandingkan kebutuhan listrik di Inggris Raya dan Prancis.
Diperkirakan, AI akan menyumbang hampir setengah dari total penggunaan listrik pusat data pada tahun depan, meningkat dari sekitar 20 persen saat ini.
Badan Energi Internasional (IEA) juga telah memperingatkan bahwa pertumbuhan AI dapat menggandakan konsumsi listrik pusat data dalam kurun waktu dua tahun saja. Dengan kebutuhan listrik yang begitu besar, AI berpotensi menciptakan jejak energi yang lebih besar daripada penambangan Bitcoin secara global.