Eksplorasi Alam Bawah Sadar dalam Pameran 'Subliminal Maya' di RUCI Art Space

RUCI Art Space, sebuah ruang seni yang telah mewarnai dunia seni Jakarta selama satu dekade, kembali hadir dengan pameran kolektif bertajuk 'Subliminal Maya'. Pameran ini menampilkan karya-karya dari tiga seniman muda Indonesia: Khadir Supartini, Kuncir Sathya Viku, dan M.S. Alwi, yang mengeksplorasi konsep 'subliminal' atau pesan yang disampaikan di bawah ambang kesadaran.

Kurator Sudjud Dartanto menjelaskan bahwa 'Subliminal Maya' menjadi wadah bagi ketiga seniman untuk melakukan sublimasi melalui simbol dan tanda dalam karya masing-masing. Ia menyoroti perbedaan pendekatan masing-masing seniman dalam merefleksikan kehidupan melalui karya mereka.

Khadir Supartini:

Lukisan-lukisan Khadir menampilkan eksistensi manusia dengan kuat. Ia memasukkan dimensi manusia yang terasa semakin terasing, seperti dalam lukisan 'End of the Night' dan 'Run After'. Karya-karyanya menghadirkan nuansa distopia, menggambarkan ambisi dasar manusia, nafsu, dan keinginan untuk menang. Lukisan-lukisan berukuran besar ini didominasi oleh nuansa gelap dari bahan charcoal, namun juga diselingi elemen-elemen ceria seperti neon yang menyala di atas kanvas.

Kuncir Sathya Viku:

Seniman asal Bali ini, yang tumbuh dalam keluarga yang erat dengan seni rerajahan, memasukkan simbol-simbol tradisional Bali ke dalam lukisannya. Ia juga menambahkan elemen-elemen modern seperti telepon seluler dan teknologi lainnya. Karya-karya Kuncir tetap mempertahankan gaya kamasan khas Bali, namun ia melampauinya dengan mengeksplorasi tema-tema sentimental. Sudjud Dartanto menyebut Kuncir meneruskan kecenderungan karya seni neo dekoramagis dari pelukis senior Widayat, dengan mengkreasikan warisan budaya dalam konteks post-kolonial.

M.S. Alwi:

Karya soft sculpture M.S. Alwi, yang terbuat dari paper clay, menghadirkan kesan artefak dan totem masa lampau. Ia menggunakan simbol dan penanda sejarah, khususnya mitologi dalam tradisi budaya maritim di Belanda. Karya-karyanya terinspirasi dari kepercayaan nelayan terhadap ritual dan lambang dewa-dewi, namun dengan sentuhan yang lebih playful. Karya Alwi dibuat ramah lingkungan dan fleksibel, sehingga dapat dibentuk sesuai keinginan. Meskipun tampak klasik, karya-karyanya berusaha mendialogkan bentuk masa kini.

Pameran 'Subliminal Maya' di RUCI Art Space mengajak pengunjung untuk menyelami alam bawah sadar dan menafsirkan simbol-simbol yang dihadirkan oleh ketiga seniman muda ini. Pameran ini terbuka untuk umum hingga 29 Juni 2025.