Evaluasi 100 Hari Kerja Bupati Purwakarta: Fokus Pendidikan dan Arah Strategis Pembangunan Dipertanyakan
Seratus hari kepemimpinan Bupati dan Wakil Bupati Purwakarta, Saepul Bahri Binzein dan Abang Ijo Hapidin, menjadi sorotan tajam dari berbagai elemen masyarakat. Mahasiswa dan pengamat kebijakan publik turut memberikan evaluasi kritis terhadap kinerja pemerintahan baru ini.
Kritik Mahasiswa Terhadap Sektor Pendidikan
Koordinator Aliansi BEM Purwakarta, Shela Amelia, menyoroti kesenjangan antara janji dan realita di sektor pendidikan. Meskipun pembangunan infrastruktur mulai terasa, implementasi janji-janji besar terkait pendidikan dinilai belum optimal. Shela menyoroti beberapa permasalahan mendasar, diantaranya:
- Rendahnya Partisipasi Pendidikan Usia Dini: Banyak anak usia dini belum mendapatkan akses pendidikan yang layak.
- Akses Terbatas bagi Kelompok Marginal: Kelompok-kelompok marginal masih kesulitan mendapatkan akses pendidikan yang setara.
- Minimnya Kebijakan Pro-Kelompok Rentan: Kebijakan yang berpihak pada kelompok rentan masih sangat minim.
Shela menekankan bahwa ketimpangan pendidikan bukan sekadar masalah angka, melainkan cerminan ketidakhadiran negara dalam memberikan hak pendidikan yang merata. Ia juga menyoroti keterkaitan erat antara pendidikan dan kondisi ekonomi keluarga. Banyak anak terpaksa putus sekolah untuk membantu keluarga mencari nafkah.
"Ketika masyarakat bertanya, 'Kalau sekolah harus tes dan bayar, siapa yang akan mendidik orang miskin?' itu bukan keluhan biasa, tapi jeritan nurani," tegas Shela.
Shela menyerukan evaluasi yang komprehensif, tidak hanya di ruang rapat, tetapi juga di lapangan, untuk melihat langsung kondisi sekolah-sekolah pelosok dan permasalahan yang dihadapi.
Penilaian Pengamat Kebijakan Publik
Pengamat kebijakan publik dari STAI KH EZ Muttaqien Purwakarta, Srie Muldrianto, memberikan penilaian yang lebih berimbang. Ia mengakui bahwa program pembangunan fisik seperti perbaikan jalan dan pembangunan rumah telah berjalan. Namun, ia menyoroti kurangnya langkah strategis yang jelas dalam visi jangka panjang pembangunan daerah.
"Program jalan dan rumah memang sudah berjalan, tapi langkah strategis belum terdengar nyaring. Visi jangka panjang lima tahun ke depan belum tampak jelas arah ideologisnya," ujar Srie.
Srie menekankan pentingnya keberlanjutan ideologi pembangunan berbasis budaya yang pernah diusung oleh mantan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. Pendekatan kultural Sunda dan konsep Tatanen di Bale Atikan (TdBA) harus menjadi landasan pembangunan Purwakarta ke depan.
Peran Lembaga Legislatif dan Harapan ke Depan
Kritik juga ditujukan kepada wakil bupati dan lembaga legislatif daerah yang dinilai kurang proaktif dalam seratus hari terakhir. Srie menilai bahwa dinamika politik yang sehat diperlukan untuk menciptakan checks and balances dalam pemerintahan.
Meski demikian, Srie tetap optimis bahwa Bupati Purwakarta mampu mengarahkan, menginspirasi, dan membangun tim yang solid. Ia menyarankan agar Bupati lebih menonjolkan narasi pembangunan yang berwawasan global dan lokal serta mendorong kreativitas dan inovasi, terutama di bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.
Srie juga berpendapat bahwa tagline kampanye "Jalan mulus, Imah alus, dan Rakyat kaurus", telah diimplementasikan, meskipun masih ada tantangan untuk mengatasi akar permasalahan strategis.