Pandangan Sosiolog UI: Integrasi Napi dalam Program Ketahanan Pangan sebagai Langkah Rehabilitasi Komprehensif

Rehabilitasi Narapidana: Perspektif Sosiologis dalam Program Ketahanan Pangan

Seorang sosiolog organisasi dan institusi dari Universitas Indonesia (UI), Nadia Yovani, mendukung inisiatif pelibatan narapidana (napi) dalam program Ketahanan Pangan dan Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas oleh Kementerian Imigrasi dan Permasyarakatan (Kemenimipas). Menurutnya, pendekatan ini sejalan dengan prinsip rehabilitasi sosial yang bertujuan untuk mengintegrasikan kembali para napi ke dalam masyarakat.

Nadia Yovani menjelaskan bahwa narapidana, sebagai individu yang melakukan pelanggaran hukum, membutuhkan proses rehabilitasi yang komprehensif. Rehabilitasi ini tidak hanya berfokus pada aspek hukum, tetapi juga pada perubahan perilaku dan pola pikir. Pelibatan napi dalam program Ketahanan Pangan di lembaga permasyarakatan (lapas) dan dapur MBG dipandang sebagai bagian dari rehabilitasi melalui pendekatan komunitas. Pendekatan ini memberikan kesempatan bagi napi untuk mengembangkan keterampilan, meningkatkan pengetahuan, dan membangun kesadaran akan pentingnya kontribusi positif kepada masyarakat.

Pemberdayaan Napi Melalui Keterampilan dan Pengetahuan

Salah satu aspek penting dari program ini adalah peningkatan pengetahuan dan keterampilan napi. Keterlibatan dalam dapur MBG memungkinkan napi untuk mempelajari berbagai aspek terkait pengolahan makanan, manajemen dapur, dan pemahaman tentang gizi. Hal ini tidak hanya memberikan keterampilan praktis yang dapat dimanfaatkan setelah bebas dari lapas, tetapi juga meningkatkan kesadaran akan pentingnya makanan bergizi bagi kesehatan.

Nadia mencontohkan bagaimana napi dapat belajar tentang cara meningkatkan kualitas bahan makanan, seperti mengolah ikan asin agar lebih bergizi. Pengetahuan ini diharapkan dapat mengubah pola pikir napi dan mendorong mereka untuk mengadopsi gaya hidup yang lebih sehat dan bertanggung jawab.

Kesabaran dan Tanggung Jawab dalam Pertanian

Selain itu, pelibatan napi dalam kegiatan pertanian di lapas juga memberikan manfaat yang signifikan. Berkebun dan beternak mengajarkan napi tentang kesabaran, tanggung jawab, dan proses. Hal ini sangat penting bagi napi yang sebelumnya terbiasa dengan cara mendapatkan hasil yang instan melalui tindakan kriminal. Melalui kegiatan pertanian, napi belajar untuk menghargai proses, menunggu hasil, dan bertanggung jawab atas tanaman dan hewan yang mereka pelihara.

Monitoring dan Evaluasi yang Berkelanjutan

Nadia menekankan pentingnya monitoring dan evaluasi yang berkelanjutan terhadap dampak program Ketahanan Pangan dan dapur MBG terhadap perilaku napi. Perubahan perilaku membutuhkan waktu, konsistensi, dan pemantauan yang cermat. Kemenimipas diharapkan dapat melakukan monitoring yang mendalam terhadap napi yang telah kembali ke masyarakat untuk memastikan bahwa mereka tidak kembali melakukan tindakan kriminal dan dapat berintegrasi dengan baik.

Tantangan Perubahan Perilaku

Nadia juga menyoroti tantangan dalam mengubah perilaku napi. Perubahan perilaku bukanlah proses yang instan, tetapi membutuhkan kesabaran dan konsistensi. Ia menekankan bahwa karakter warga Indonesia yang seringkali mengacu pada hasil instan dapat menjadi hambatan dalam proses rehabilitasi napi. Oleh karena itu, diperlukan upaya yang berkelanjutan dan terpadu untuk mengubah pola pikir dan perilaku napi agar mereka dapat menjadi anggota masyarakat yang produktif dan bertanggung jawab.