Gelombang COVID-19 Kembali Muncul: Fakta di Balik Kenaikan Kasus Global

Gelombang baru infeksi COVID-19 kembali mencuat di berbagai belahan dunia, memicu perdebatan dan pertanyaan mengenai penyebab serta dampaknya. Meskipun status Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) telah dicabut, virus ini masih terus bersirkulasi dan bermutasi, menimbulkan tantangan tersendiri bagi sistem kesehatan global.

Di India, terjadi lonjakan kasus yang cukup signifikan, meningkat dari 257 kasus aktif pada akhir Mei menjadi 3.758 kasus pada awal Juni 2025. West Bengal mencatat peningkatan yang lebih dramatis, dengan kasus melonjak lebih dari 20 kali lipat dalam dua minggu terakhir. Meskipun sebagian besar kasus tergolong ringan, beberapa rumah sakit di Kolkata telah meningkatkan kapasitas isolasi sebagai langkah antisipasi.

Australia juga mengalami peningkatan kasus yang dipicu oleh varian NB.1.8.1, terutama di Tasmania. Otoritas kesehatan setempat mengimbau masyarakat untuk mendapatkan vaksinasi booster COVID-19 dan vaksin flu, mengingat tingkat vaksinasi yang menurun setelah pencabutan status PHEIC.

Singapura dan Thailand turut melaporkan peningkatan kasus COVID-19. Dalam satu minggu terakhir, kedua negara tersebut mencatat lebih dari 15 ribu kasus. Thailand bahkan melaporkan sekitar 200 ribu infeksi COVID-19 sepanjang tahun 2025.

Di Indonesia, penurunan angka testing COVID-19 menyebabkan pelaporan kasus menjadi terbatas. Sejak awal tahun 2025, hanya 75 kasus yang dilaporkan. Pakar epidemiologi dari Universitas Indonesia (UI), Pandu Riono, memperkirakan bahwa jumlah kasus sebenarnya di lapangan jauh lebih tinggi dari angka resmi yang tercatat. Menurutnya, rendahnya minat masyarakat untuk melakukan testing, terutama karena biaya dan gejala yang umumnya ringan, menjadi faktor utama dalam kurangnya deteksi kasus.

Kenaikan kasus COVID-19 yang terkesan mendadak ini menimbulkan berbagai spekulasi. Beberapa pihak menduga adanya agenda tersembunyi di balik tren ini. Namun, penting untuk diingat bahwa meskipun status PHEIC telah dicabut, COVID-19 belum sepenuhnya hilang. Virus ini masih terus bersirkulasi, tetapi umumnya menyebabkan gejala ringan atau bahkan tidak bergejala, terutama karena program vaksinasi yang telah dilakukan secara luas.

Pandu Riono menekankan bahwa tingkat vaksinasi yang tinggi di Indonesia, di mana lebih dari 80 persen masyarakat telah menerima dua dosis vaksin COVID-19, memberikan perlindungan yang signifikan terhadap virus dan mutasinya. Ia juga meyakini bahwa kenaikan kasus COVID-19 di berbagai negara tidak perlu disikapi dengan kepanikan, termasuk dengan melakukan vaksinasi tambahan. Menurutnya, imunitas yang sudah terbentuk saat ini sudah cukup memadai. Ia juga menyoroti keunggulan vaksin Sinovac yang digunakan di Indonesia, yang menggunakan virus utuh dan dinilai lebih stabil dibandingkan vaksin mRNA.

Namun, pakar epidemiologi Dicky Budiman mengingatkan tentang risiko infeksi berulang COVID-19, yang dapat menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang yang dikenal sebagai long COVID. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi paru-paru, tetapi juga organ lain seperti jantung.

Hermawan Saputra dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) juga menekankan bahwa risiko fatal akibat COVID-19 belum sepenuhnya hilang, terutama pada kelompok rentan seperti penderita lupus, kelainan bawaan, orang dengan hipersensitivitas, lansia, dan mereka yang memiliki penyakit komorbid. Ia merekomendasikan agar pemerintah melakukan skrining di pintu masuk negara dan pemeriksaan whole genome sequencing (WGS) untuk memantau subvarian yang beredar.

Hermawan juga menjelaskan bahwa status COVID-19 saat ini sudah menjadi endemik, seperti demam berdarah dengue (DBD), di mana virus tetap ada tetapi tidak lagi menimbulkan kekhawatiran besar. Dicky Budiman menambahkan bahwa penyangkalan terhadap keberadaan COVID-19 akan selalu ada, terutama karena dampak psikologis dan finansial yang dialami banyak orang selama pandemi. Namun, ia menekankan bahwa kita tidak bisa mengandalkan penyangkalan untuk menghilangkan penyakit ini. Ia menyarankan agar masyarakat tetap menjaga perilaku hidup bersih sehat, memakai masker, dan mencuci tangan.

  • Lonjakan Kasus COVID-19
  • Varian Baru COVID-19
  • Pentingnya Vaksinasi Booster
  • Protokol Kesehatan
  • Pemantauan Varian Baru