Operator Satelit Nasional Serukan Penguatan Regulasi di Tengah Ekspansi Konstelasi LEO Asing
Persaingan di Orbit Rendah Bumi Kian Sengit, Industri Satelit Lokal Usulkan Penambahan Klausul Kerja Sama
Menjelang kehadiran konstelasi satelit Low Earth Orbit (LEO) Amazon Kuiper yang diproyeksikan beroperasi pada akhir tahun 2025, Asosiasi Satelit Seluruh Indonesia (ASSI) menyuarakan perlunya penguatan regulasi untuk melindungi dan mengembangkan industri satelit dalam negeri.
Sekretaris Jenderal ASSI, Sigit Jatiputro, menjelaskan bahwa pemerintah pada dasarnya menerapkan persyaratan yang sama untuk satelit asing, baik LEO maupun Geostationary Earth Orbit (GEO). Fasilitas landing right diberikan dengan dua syarat utama:
- Koordinasi intensif dengan operator dalam negeri, termasuk filing frekuensi.
- Prinsip resiprokal, yang memungkinkan operator Indonesia untuk beroperasi di negara asal satelit asing.
Namun, dengan semakin banyaknya pemain LEO yang memasuki pasar Indonesia, seperti Starlink, OneWeb, dan Kuiper, ASSI menekankan pentingnya penambahan regulasi yang mendorong kolaborasi dan memastikan kesetaraan kesempatan bagi industri lokal.
"Kami mengusulkan penambahan item (aturan) untuk kerja sama, bukan untuk mempersulit, tetapi untuk menciptakan kesempatan yang sama," ujar Sigit.
Lebih lanjut, Sigit menyoroti tantangan dalam koordinasi frekuensi di orbit LEO, di mana prinsip first come, first serve berlaku. Jika operator asing lebih dulu melakukan filing frekuensi, operator Indonesia mungkin kehilangan kesempatan untuk mendapatkan frekuensi yang sesuai.
ASSI telah menyampaikan usulan ini kepada pemerintah, khususnya Kementerian Komunikasi dan Digital (Kominfo), untuk mempertimbangkan penambahan regulasi yang dapat melindungi kepentingan industri satelit nasional.
Sebelumnya, satelit Kuiper milik Amazon telah berhasil diluncurkan dari Cape Canaveral, Florida, pada 28 April 2025. Peluncuran ini menandai langkah awal dalam pembangunan megakonstelasi Kuiper yang direncanakan terdiri dari lebih dari 3.200 satelit. Amazon menargetkan Kuiper dapat mulai menyediakan akses internet kepada pelanggan pada akhir tahun 2025, dengan Indonesia sebagai salah satu target pasar utama.
Roket United Launch Alliance (ULA) Atlas V yang membawa 27 satelit Kuiper berhasil menembus orbit rendah Bumi tanpa kendala yang signifikan. Ini merupakan peluncuran pertama dari serangkaian 80 peluncuran yang direncanakan untuk membangun megakonstelasi Kuiper.
Kementerian Komunikasi dan Digital (Kominfo) menyatakan bahwa pemerintah tidak memberlakukan pembatasan terhadap pemain satelit lokal maupun internasional. Menteri Komunikasi dan Digital (Menkominfo) Meutya Hafid menyampaikan apresiasi kepada Kuiper atas pemberitahuan rencana investasi mereka di Indonesia, meskipun izin operasional belum diterbitkan.