Lesunya Daya Beli Masyarakat Dituding Picu Penurunan Omzet UMKM
Gelombang keluhan dari pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) terkait penurunan omzet penjualan membanjiri media sosial. Penurunan daya beli masyarakat menjadi sorotan utama sebagai penyebab utama kondisi ini. Asosiasi UMKM pun angkat bicara mengenai fenomena yang meresahkan ini.
Ketua Umum Asosiasi IUMKM Indonesia (Akumandiri), Hermawati Setyorinny, mengungkapkan bahwa penurunan penjualan dan omzet ini telah berlangsung selama beberapa bulan terakhir. Menurutnya, kombinasi antara melemahnya daya beli masyarakat dan kebijakan efisiensi pemerintah menjadi faktor pemicu utama. Masyarakat kini cenderung menahan pengeluaran karena pendapatan yang stagnan atau bahkan menurun, memaksa mereka untuk lebih berhemat.
Selain itu, Hermawati menyoroti serbuan produk impor murah yang membanjiri pasar Indonesia. Produk-produk ini, mulai dari makanan kemasan hingga perlengkapan rumah tangga, menawarkan harga yang sulit disaingi oleh UMKM lokal. Kondisi ini semakin memperburuk daya saing UMKM di pasar domestik.
"Produk impor seperti makanan kemasan, buah-buahan, kosmetik, dan perlengkapan rumah tangga plastik yang sebenarnya bisa diproduksi di Indonesia, namun harganya tetap tidak bisa bersaing. Hampir semua lini produk dari China membanjiri pasar, terutama yang berkaitan dengan teknologi," jelas Hermawati.
Sekretaris Jenderal Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo), Edy Misero, menambahkan bahwa kenaikan harga bahan baku juga turut berkontribusi terhadap penurunan omzet UMKM. Selain itu, daya beli yang rendah dan efisiensi dari pemerintah menjadi faktor utama yang memperparah situasi.
"Penurunan omzet tidak dapat dipungkiri disebabkan oleh penurunan daya beli masyarakat. Masyarakat saat ini lebih selektif dan cenderung memprioritaskan kebutuhan primer. Contohnya, kebiasaan membeli pakaian setiap bulan mungkin dikurangi menjadi sekali sebulan, atau bahkan ditiadakan," kata Edy.
Edy mengakui bahwa hampir semua sektor bisnis UMKM mengalami penurunan, namun sektor makanan dan fesyen menjadi yang paling terdampak. Masyarakat kini cenderung mengurangi pengeluaran untuk hal-hal yang dianggap kurang penting, seperti jajan di luar atau membeli pakaian baru.
Keluhan serupa juga ramai dibagikan di media sosial, salah satunya di platform X. Seorang pengguna dengan akun @bbb* mencurahkan keluhannya mengenai penurunan penjualan yang drastis belakangan ini. Unggahan tersebut mendapat banyak respons serupa dari pelaku UMKM lainnya.
"Guys, kalian yang jualan ngerasa turun banget nggak sih akhir-akhir ini?" tulisnya.
Banyak pelaku UMKM makanan, seperti penjual pempek, kue, dan bahkan bahan pokok seperti sayuran, merasakan dampak yang sama. Penurunan penjualan ini tentu saja berimbas pada penurunan omzet yang signifikan.
"Kak, tau nggak aku jual nasi dan pempek udah 2 minggu ini 0 pembeli. Dessert aku hari ini nggak laku, kemarin laku juga laku dikit. Emang lagi badai kak, orang banyak kena PHK, bahkan PNS aja kena efisiensi, baru kali ini ngerasa separah ini," tulis akun @nama**.