PLN Optimistis Penjualan Listrik Melonjak Dua Kali Lipat dalam Satu Dekade
PT PLN (Persero) menargetkan lonjakan signifikan dalam penjualan listrik selama periode 2025-2034. Perusahaan listrik negara ini memproyeksikan penjualan mencapai 511 Terawatt hour (TWh) pada tahun 2034, sebuah peningkatan dramatis sebesar 205 TWh atau sekitar 200% dibandingkan realisasi penjualan akhir tahun 2024 yang tercatat sebesar 306 TWh. Proyeksi ambisius ini tertuang dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN untuk periode tersebut.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, mengungkapkan optimisme perusahaan dalam sebuah acara diseminasi RUKN dan RUPTL PLN 2025-2034 yang diadakan di Jakarta. Menurutnya, target ini didasarkan pada analisis mendalam terhadap potensi permintaan listrik di seluruh Indonesia, dengan mempertimbangkan berbagai faktor seperti pertumbuhan ekonomi, industrialisasi, dan tren elektrifikasi.
PLN mengidentifikasi beberapa sumber utama pertumbuhan permintaan listrik, termasuk:
- Demand Organik: Peningkatan konsumsi listrik dari sektor rumah tangga, bisnis, dan industri yang sudah ada.
- Hilirisasi Industri: Pengembangan industri pengolahan sumber daya alam seperti sawit dan mineral, yang membutuhkan pasokan listrik besar.
- Pusat Data: Pertumbuhan pesat pusat data (data center) yang memerlukan daya listrik yang stabil dan andal.
- Kawasan Industri/Ekonomi Khusus (KI/KEK): Pengembangan kawasan-kawasan industri dan ekonomi khusus yang menarik investasi dan meningkatkan kebutuhan listrik.
- Sektor Maritim: Peningkatan aktivitas di sektor maritim, termasuk pelabuhan dan industri perkapalan.
- Akselerasi Kendaraan Listrik (EV): Dorongan terhadap penggunaan kendaraan listrik, yang akan meningkatkan permintaan listrik untuk pengisian baterai.
- Penggunaan Kompor Listrik: Program konversi dari kompor gas ke kompor listrik, yang bertujuan untuk mengurangi impor LPG dan meningkatkan konsumsi listrik dalam negeri.
Darmawan Prasodjo menambahkan bahwa proyeksi ini juga memperhitungkan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan mencapai 8% pada tahun 2029.
Berdasarkan data yang dipaparkan, Pulau Jawa diproyeksikan menjadi penyumbang terbesar permintaan listrik dengan 293 TWh, diikuti oleh Pulau Sumatera dengan 73 TWh.
Untuk memenuhi lonjakan permintaan listrik ini, PLN berencana meningkatkan kapasitas pembangkit listrik sebesar 69,5 gigawatt (GW) hingga tahun 2034. Investasi yang dibutuhkan untuk mencapai target ini mencapai Rp 2.133,7 triliun, dengan mayoritas (73%) diharapkan berasal dari partisipasi swasta melalui skema Independent Power Producer (IPP). Sektor swasta akan mendapatkan alokasi Rp 1.566,1 triliun untuk investasi pada pembangkit dengan kapasitas 49,1 GW, sementara PLN akan menginvestasikan Rp 567,67 triliun untuk pembangkit sebesar 20,4 GW.