Menilik Keamanan Amenore Akibat Penggunaan Kontrasepsi Hormonal

Banyak wanita memilih kontrasepsi hormonal, seperti pil KB, suntik, implan, atau IUD hormonal, bukan hanya untuk mencegah kehamilan tetapi juga untuk alasan kenyamanan, termasuk menghindari menstruasi. Pertanyaannya kemudian muncul: amankah meniadakan menstruasi dengan cara ini?

Kontrasepsi hormonal bekerja dengan memanipulasi kadar hormon dalam tubuh. Dr. Kavita Nanda, seorang dokter kandungan dan ginekologi, menjelaskan bahwa kontrasepsi hormonal mencegah ovarium melepaskan sel telur setiap bulan. Tanpa sel telur yang dilepaskan, kehamilan tidak dapat terjadi.

Ada dua kategori utama kontrasepsi hormonal:

  • Kontrasepsi kombinasi: Mengandung hormon estrogen dan progestin sintetis.
  • Kontrasepsi progestin: Hanya mengandung progestin, ditemukan dalam pil tertentu, suntikan, implan, dan IUD hormonal.

Kedua jenis kontrasepsi ini memiliki efek yang sama, yaitu mengentalkan lendir serviks, sehingga mempersulit sperma untuk mencapai rahim. Selain itu, lapisan rahim (endometrium) menjadi lebih tipis. Penipisan endometrium ini penting karena lapisan rahim yang tipis tidak perlu meluruh seperti saat menstruasi. Ketika seseorang menggunakan pil KB dengan siklus 21 hari aktif dan 7 hari plasebo, perdarahan yang terjadi selama minggu plasebo bukanlah menstruasi sejati, melainkan "perdarahan putus obat" sebagai respons terhadap penurunan hormon secara tiba-tiba.

Namun, ketika pil KB dikonsumsi terus menerus tanpa jeda, atau ketika menggunakan suntik atau implan KB, lapisan rahim tidak pernah menebal secara signifikan. Akibatnya, tidak ada lapisan yang perlu luruh, dan menstruasi tidak terjadi. Kondisi ini dikenal sebagai amenore, dan dalam konteks penggunaan kontrasepsi hormonal, ini dianggap normal dan aman.

Dr. Nanda menekankan bahwa penggunaan kontrasepsi hormonal secara terus menerus sama amannya dengan penggunaan siklik. Tidak ada kebutuhan medis untuk menstruasi setiap bulan saat menggunakan kontrasepsi hormonal. Bahkan, sejarah menunjukkan bahwa sebelum adanya kontrasepsi modern, banyak wanita jarang mengalami menstruasi karena sering hamil dan menyusui, yang secara alami menekan siklus menstruasi.

Yang perlu diwaspadai adalah ketika seseorang tidak mengalami menstruasi tanpa adanya kehamilan, menyusui, atau penggunaan kontrasepsi hormonal. Dalam kasus tersebut, perlu dikonsultasikan dengan dokter untuk mengetahui penyebabnya.

Efek samping kontrasepsi hormonal meliputi mual ringan, nyeri payudara, sakit kepala, atau perdarahan ringan yang tidak teratur, terutama pada awal penggunaan. Namun, efek samping ini biasanya mereda setelah beberapa bulan, dan menstruasi dapat berhenti sepenuhnya.

Banyak yang khawatir bahwa kontrasepsi hormonal dapat menyebabkan kemandulan. Dr. Nanda menegaskan bahwa ini tidak benar. Setelah berhenti menggunakan kontrasepsi hormonal, hormon buatan akan segera hilang dari tubuh, dan siklus kesuburan akan kembali normal dalam satu atau dua bulan.

Sebelum memutuskan untuk menggunakan kontrasepsi hormonal untuk menghentikan menstruasi, konsultasikan dengan dokter untuk memastikan metode ini sesuai dengan kondisi kesehatan Anda.