Awal Juni Kurang Menggembirakan, IHSG Terkoreksi dan Rupiah Tertekan
Awal bulan Juni 2025 diwarnai dengan sentimen negatif di pasar keuangan Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami pelemahan pada pembukaan perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI), sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) juga menunjukkan tren penurunan.
Pada pukul 09.02 WIB, IHSG tercatat berada di level 7.124, mengalami penurunan sebesar 51,59 poin atau 0,72 persen dibandingkan dengan penutupan hari sebelumnya yang berada di level 7.175,81. Data perdagangan menunjukkan bahwa jumlah saham yang mengalami penurunan (232 saham) lebih banyak dibandingkan dengan saham yang menguat (175 saham), sementara 212 saham lainnya stagnan. Total nilai transaksi yang terjadi mencapai Rp 2,24 triliun dengan volume perdagangan sebanyak 1,71 miliar saham.
Maximilianus Nico Demus, Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas, menjelaskan bahwa sikap hati-hati yang diambil oleh The Federal Reserve (Bank Sentral AS) dalam menentukan kebijakan moneternya menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pergerakan pasar. Ketidakpastian global terkait kebijakan perdagangan, fiskal, regulasi, dan imigrasi, terutama yang berkaitan dengan potensi kebijakan tarif oleh Donald Trump, memberikan tekanan pada sentimen investor. Kekhawatiran akan meningkatnya inflasi dan potensi kenaikan tingkat pengangguran akibat kebijakan tersebut turut membebani pasar.
Di sisi lain, terdapat sentimen positif dari dalam negeri, di mana investor asing tercatat melakukan pembelian bersih (net buy) saham dan Surat Utang Negara (SUN) selama bulan Mei. Hal ini sejalan dengan penguatan nilai tukar rupiah yang mencatatkan kinerja terbaik dalam delapan bulan terakhir. Data dari Bloomberg menunjukkan bahwa pembelian asing di pasar saham mencapai Rp 5,5 triliun, sementara di pasar SUN tercatat aliran dana masuk sebesar Rp 24,35 triliun, sehingga total investasi asing selama bulan Mei mencapai Rp 30 triliun.
Secara teknikal, Pilarmas Investindo memproyeksikan IHSG akan mengalami pelemahan terbatas dengan area support dan resistance diperkirakan berada di level 7.160–7.330. Sementara itu, analis Binaartha Sekuritas, Ivan Rosanova, berpendapat bahwa IHSG masih berpeluang melanjutkan tren naik menuju level 7.261 jika mampu bertahan di atas level 7.219. Namun, jika IHSG turun di bawah level 7.143, indeks berpotensi menguji level support di 7.109. Ivan menyebutkan level support IHSG berada di 7.143, 7.109, 7.055, dan 7.009, sedangkan level resistance berada di 7.261, 7.345, dan 7.444. Indikator MACD saat ini menunjukkan sinyal netral.
Kondisi pasar regional Asia juga turut mempengaruhi sentimen pasar domestik. Mayoritas bursa saham di Asia mengalami pelemahan, di mana Strait Times turun 0,16 persen ke level 3.888,30, Shanghai Composite stagnan di level 3.347,48, Nikkei anjlok 1,40 persen ke level 37.432, dan Hang Seng melemah 2,39 persen ke level 22.733,27.
Pelemahan Rupiah
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga mengalami pelemahan pada awal perdagangan. Data Bloomberg menunjukkan bahwa rupiah berada di level Rp 16.329 per dolar AS pada pukul 09.09 WIB, turun 2,52 poin atau 0,02 persen dibandingkan dengan penutupan sebelumnya di Rp 16.326,5 per dolar AS.
Analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, menilai bahwa pasar kembali diliputi sentimen negatif akibat ancaman Donald Trump untuk menaikkan tarif impor baja dan aluminium hingga 50 persen. Meskipun kebijakan tarif tersebut sempat dinyatakan tidak sah oleh pengadilan, namun proses banding yang dikabulkan membuka peluang kelanjutan kebijakan tersebut, sehingga memicu kekhawatiran di kalangan investor.
Lukman memperkirakan bahwa rupiah masih berpeluang untuk menguat, namun data Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia yang masih berada di zona kontraksi dapat membatasi potensi penguatan tersebut. Ia memperkirakan rupiah akan bergerak di kisaran Rp 16.250–Rp 16.400 per dolar AS.